Malinau, MK – Prosesi adat Dayak Lundayeh mengambil tema “Irau Rayeh Ulung Buaye”. Kedatangan rombongan Bupati Malinau Dr. Yansen TP, M.Si disambut dengan prosesi Ulung Daa (adat penyambutan). Bupati Yansen memiliki gelar Fadan Liu Burung dan Ny. Ping Yansen memiliki gelar Gerit Nan Takung.
Saat memasuki tempat upacara adat, rombongan disambut dengan tarian perang Ulung Da’a. Setelah itu dimulai dengan prosesi adat Neteng Mengei’.
Neteng mengei’ adalah lantunan doa kepada penguasa alam semesta agar mendatangkan kebaikan dan harapan, membawa kesejahteraan dan keamanan. Mengei’ dipanggil sebagai perantara dari Yang Maha Kuasa, penguasa alam semesta untuk membrikan tanda-tanda ketentraman dan kebahagiaan agar upacara adat berlangsung tanpa rintangan dan restu dari penguasa alam.
Kedatangan Fadan Liu Burung dan Gerit Nan Takung ini disambut oleh tua-tua adat dengan ucapan selamat datang dan ucapan terima kasih atas kehadiran rombongan ditandai dengan prosesi “Ngetu’ Feu Bulat”. Ngetu Feu Bulatadalah memetik sehelai daun Feu Bulat sebagai pertanda bahwa setiap orang yang diundang melalui Tuki’ Tingen atau untaian manik Bau Tulang disambut dan diperhitungkan sebagai Sakai atau tamu yang akan dilayani secara khusus selama acara berlangsung serta mandapat keamanan seilama prosesi adat berlangsung.
Sebelum menuju Ulung Buaye, para tamu akan melakukan prosesi Madil menangang yang menggambarkan kegembiraan, keterampilan dan ketangkasan para pria Lundayeh dalam berburu atau mencari nafkah. Madil Ulung menangang harus dilakukan para Sakai. Setelah itu barulah boleh memasuki tempat pelaksanaan kegiatan dan bila tidak berhasil, maka Sakai harus mengikat sejenis barang pada pangkal tiang ulung atau menebang ulung dan disambut Ngudup. Saat memasuki tempat yang telah disediakan, rombongan diiringi dengan Tarian Riberuh Bulan sebagai tanda hormat dan penghargaan.
Natak Jani dilakukan oleh Fadan Liu Burung di Ulung Buaye sebagai pernyataan tekad dan janji kesediaan sang pemimpin untuk membangun Bawang enuju kehidupan yang lebih baik, makmur, aman dan sejahtera.
Fekuab dan Siga adalah luapan kegembiraan masyarakat yang dituangkan dalam lantunan oleh tetua-tetua adat, yaitu lantunan syair kepahlawanan sambil berarak mengelilingi Ulung Buaye, dilanjutkan dengan lantuanan Siga’. Siga’ merupakan puji-pujian yang disampaikan oleh masyarakat kepada pemimpinnya sekaligus ungpkapan harapan agar sang pemimpin dapat menghantarkan masyarakatnya menuju kehidupan yang lebih baik dengan terus bersatu dalam persekutuan.
Selanjutnya dilakukan prosesi Ngirup Burak sebagai tanda sukacita masyarakat setelah melaksanakan serangkaian prosesi adat. Fadan liu Burung diberikan kehormatan pertama Ngirup Burak dan diikuti oleh tetua adat.
Fadan Liu Burung dan Gerit Nan Takung selanjutnya menuju Laga Agung yang berupa singgasana agung yang dalam legenda terbuat dari Afo Kibung Bangar Siayun yang merupakan singgasana kebesaran pimpinan dayak Lundayeh.
Dalam upacara adat Irau Rayeh Ulung Buaye ini ditampilkan Arang Feuyud dengan tema Sejarah Asal Usul dan dinamika kehidupan suku dayak Lundayeh. Arang Feruyud diawali dengan Ngerifig yang dalam adat Lundayeh biasanya dilakukan setiap melakukan suatu kegiatan atau upacara adat. Ngerifig adalah membunyikan seluruh bunyi-bunyian untuk mengusir roh-roh jahat yang mengganggu selama kegiatan upacara adat berlangsung.
Tarian penyembahan ditampilkan sebagai bentuk doa kepada sang pencipta, Tuhan Yang Maha Kuasa agar seluruh rangkaian upacara adat berlangsung dalam perlindungan Tuhan. (hms)