Tanjung Selor, metrokaltara.com – Warga Tanjung Selor masih terus merasakan dilema berkepanjangan, dikarenakan memiliki kendaraan namun harus susah mencari bahan bakar premium atau pertamax. Jika di Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU) persediaan Premium atau pertamax ada maka harus rela pagi-pagian mengantri bahkan juga harus sabar mandi keringat berjam-jam sampai kendaraan terisi.
Kondisi ini dialami warga ibukota propinsi termuda di Indonesia sudah satu tahun terakhir ini. Apalagi sejak akhir September 2014 lalu Pemerintah Daerah Bulungan telah melarang penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi dijual eceran berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas (migas) serta Peraturan Bupati (Perbup) Bulungan Nomor 03 Tahun 2013 tentang pendistribusian BBM Jenis Premium dan Solar Subsidi Tingkat Kios BBM di Kabupaten Bulungan dengan radius 10 Km.
Akhir-akhir ini justru bertambah lagi derita warga dikarenakan SPBU satu-satunya di ibu kota Kalimantan Utara ini sering kosong persediaan Premium dan Pertamax. Beberapa pecan lalu, tampak di depan SPBU terpampang tulisan PREMIUM HABIS, PERTAMAX HABIS.
“Kedatangannya kapal LCT yang biasanya mengangkut BBM belum pasti datangnya, bisa empat hari lebih baru bisa datang, Uang siap ditransfer tapi pihak depot Pertamina di Tarakan belum memberikan kepastian memberikan BBMâ€. ujar Marjuni.
Salah satu warga Andi Yunus yang sedang antri mengatakan, seringnya kosongnya persediaan BBM disebabkan faktor Pengetap atau penimbun yang merajalela dan kurang tegasnya pemerintah dan aparat menindaknya, apalagi yang bermain oknum aparat.
“Tangki mobil biasanya dimodif sehingga bisa muat lebih 200 liter isinya, walau ada pembatasan pembelian oleh SPBU setiap mobil Rp 150.000,- per mobil namun prakteknya beda. Petugas SPBU dan penimbun bermain disitu†kata Andi Yunus.
“Kalau mau ditindak ya jeruk makan jeruk lah.†Tambah Andi Yunus yang sehari-hari sebagai sopir angkot.
Menurutnya, sudah tiga hari tidak mencari penumpang karena tidak ada bensin. dirinya menambahkan jika Pemerintah mau menaikan BBM ya ikhlas aja yang penting kami tidak harus antri seperti ini atau tidak bisa bekerja, walau konsekwensinya berdampak seperti kartu domino.
Kondisi seperti ini oleh pemerintah sudah diketahui, mulai Bupati, Anggota Dewan, dinas terkait bahkan elemen masyarakat sudah berupaya keras namun sampai saat ini belum ada peningkatan pelayanan yang signifikan, justru makin parah.
Masyarakat mempunyai harapan besar kepada Pemerintah daerah hingga pusat untuk mencarikan solusi yang terbaik.
“Kami tidak peduli ada Indonesia Hebat atau Merah Putih, yang kami mau pelayanan dan kesejahteraan rakyat makin baik dan meningkat, tambah kuota, tambah SPBU dan tingkatkan Pengawasan serta tindak tegas penimbunâ€. Ungkap Darwis yang kehabisan bensin dalam perjalanan namun kecewa setelah sampai di SPBU persediaan Premium dan Pertamax lagi kosong.
.
Reporter: Mohammad Isya
Editor: Citra Angrayni