Warga Tionghoa Pontianak Mandi Pehcun

by Setiadi
Tradisi mandi Pehcun atau mandi U Shi yang dilakukan warga tionghoa di Sungai Kapuas.

Tradisi mandi Pehcun atau mandi U Shi yang dilakukan warga tionghoa di Sungai Kapuas.

Kalbar, MK – Warga Tionghoa di Kota Pontianak melakukan tradisi mandi Pehcun atau mandi U Shi di Sungai Kapuas, Kamis (09/06). Tradisi yang dilakukan secara turun temurun setiap tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek ini, dilakukan siang hari saat matahari bersinar terik, yaitu sekitar pukul 11.00 hingga 12.00 WIB.

Warga Tionghoa percaya, dengan mandi saat tengah hari (U Shi), akan membawa berkah dan keselamatan bagi yang melakukannya. Matahari sedang bersinar dengan garangnya saat rombongan koko-meimei bergerak ke tengah Sungai Kapuas untuk melakukan tradisi Mandi Pehcun. Siang itu, Yayasan Gege Meimei Pontianak memang sengaja meramaikan tradisi ini dengan bagi-bagi Kicang.

Kicang adalah penganan khas dari beras ketan yang dibuat khusus hari ini untuk disantap usai Mandi Pehcun bersama keluarga. Selain Kicang, masih ada penganan lainnya yaitu Bakcang yang berbahan dasar sama namun dengan isian daging dan kacang. Makan Kicang dan Bakcang pada hari ini, menjadi tradisi tak terpisahkan dengan Mandi Pehcun pada tanggal 5 bulan 5 Imlek ini.

Tradisi mandi Pehcun dan makan bakcang ini diwariskan dan dilakukan secara turun temurun hingga saat ini. Sedari pukul 11.00, warga sudah menyemuti sepanjang pinggiran sungai di kawasan Kapuas Besar. Tua muda, laki- laki perempuan, semuanya terlihat antusias melakukan tradisi tersebut. Ada yang membawa ember, botol minuman dari air mineral hingga kantong plastik.

Beberapa dari mereka menggunakan kapal-kapal kecil ataupun sampan untuk ke tengah sungai. Di tengah sungai, aksi lempar-lemparan air menggunakan kantong plastik pun dimulai. Entah sejak kapan, perang-perangan air ini menjadi kebiasaan saat tradisi mandi-mandi ini berlangsung. Rona kegembiraan mewarnai tradisi ini.

Jasellyn, salah satu Meimei mengatakan, sebagai generasi muda Tionghoa, ia bersama teman-temannya yang tergabung dalam Ikatan Koko Meimei Kalbar berusaha mempertahankan tradisi ini. Menurutnya, mandi Pehcun dan festival Bakcang ini mempunyai filosofi tersendiri bagi masyarakat Tionghoa. Terutama makan kicang dan bakcang usai mandi-mandi, yang memiliki makna kebersamaan dan saling berbagi.

“Kita pertahankan tradisi ini dengan bagi-bagi kicang yang kita buat sendiri. Tradisi makan kicang dan bakcang ini punya manfaat bagus bagi masyarakat Tionghoa. Karna tradisi ini menjadi ajang untuk mempererat rasa kekeluargaan dikalangan orang Tionghoa. Disini ada moment saling bertukar bakcang antar keluarga. Jadi disini kita saling berbagi, saling bersilahturahmi dan kumpul bersama,” ujarnya.

Sementara, Rico salah satu tokoh masyarakat Tionghoa dari Yayasan Bhakti Suci menilai,  festival Bakcang ini perlu dikemas lebih baik lagi untuk menarik wisatawan. Ia berharap kedepannya panitia dan pemerintah bisa bersama-sama mengemas tradisi ini lebih menarik untuk dijadikan daya tarik wisata di Kota Pontianak.

“Sehingga wisatawan dapat terhibur dan ikut dalam tradisi ini. Karna tradisi ini, tidak semua daerah di Indonesia melakukan ini, hanya di Pontianak. Peserta sudah cukup antusias, namun masih perlu dipromosikan jauh hari sebelumnya sehingga bisa dikemas sedemikian rupa sebagai daya tarik wisata,” jelasnya. (Lyn/MK*1)

 

Related Articles

Bagaimana Tanggapan Anda?....

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.