TANA TIDUNG, Metrokaltara.com — PT Borneo Agro Sakti (BAS) terus menunjukkan komitmennya untuk menjaga hubungan baik dengan masyarakat di wilayah operasionalnya. Perusahaan perkebunan kelapa sawit ini kembali melanjutkan kegiatan sosialisasi operasional perusahaan di wilayah Kecamatan Betayau, Kabupaten Tana Tidung, Kamis (13/11/2025).
Kegiatan yang digelar di Desa Bebakung ini merupakan sosialisasi ketiga dari empat desa yang menjadi wilayah operasional PT BAS. Sebelumnya, masyarakat meminta agar pelaksanaan sosialisasi dilakukan secara bergilir di empat desa, sebagai bentuk keterbukaan dan pemerataan informasi.
Acara berlangsung dengan cukup hangat dan terbuka. Hadir dalam kegiatan ini Kepala Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan (DPPP) Tana Tidung, Rudi, Camat Betayau, Jonathan, Kepala Desa Bebakung, tokoh adat, tokoh masyarakat, serta perwakilan anggota DPRD Tana Tidung, Roni Sianturi.
Manager PT BAS, Warisman, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang aktivitas perusahaan serta mendengarkan langsung berbagai masukan dan harapan warga.
“Kita tekankan bahwa sosialisasi ini untuk menjelaskan operasional PT BAS di empat desa di Kecamatan Betayau. Di Desa Bebakung ini merupakan sosialisasi ketiga kami. Memang ada yang pro dan kontra, tapi intinya masyarakat ingin agar perusahaan bekerja sesuai aturan yang berlaku—baik dalam perekrutan tenaga kerja, perhatian terhadap lingkungan, maupun pelaksanaan CSR,” ujar Warisman.
Ia juga menegaskan bahwa selama proses sosialisasi, tidak ada kendala berarti yang dihadapi pihaknya. Bahkan sebagian besar masyarakat justru memberikan dukungan.
“Walaupun ada satu-dua suara yang berbeda, itu hal yang wajar karena perbedaan pendapat adalah bagian dari proses. Yang penting, komunikasi tetap berjalan baik,” tambahnya.
Menanggapi adanya sebagian kecil masyarakat yang masih menolak aktivitas perusahaan, Warisman menyebutkan bahwa pihaknya akan menempuh jalur kekeluargaan.
“Kita akan bertemu langsung dengan pihak-pihak yang belum sepakat. PT BAS punya izin operasional yang sah di wilayah Betayau, khususnya di Desa Bebakung. Tapi kami tidak melihat besar kecilnya wilayah—selama masyarakat merasa terdampak, kita tetap akan berdiskusi dan mengakomodir semua pihak,” jelasnya.
Lebih lanjut, Warisman menegaskan bahwa keberadaan perusahaan justru akan membuka peluang kerja baru bagi masyarakat setempat.
“Kalau perusahaan sudah bekerja, otomatis masyarakat akan ikut bekerja juga. Kami tetap mengakomodir minimal 70 persen tenaga kerja lokal, kecuali kalau kebutuhan kami memang tidak terpenuhi di desa,” ucapnya.
Sebagai langkah lanjutan, PT BAS akan melakukan identifikasi area-area penting di wilayah kerja mereka seperti kebun, makam, dan lahan-lahan milik warga. Proses ini akan melibatkan masyarakat secara langsung.
“Kita minta masyarakat membentuk tim, karena mereka yang paling tahu kondisi wilayahnya masing-masing. Semua biaya—termasuk konsumsi dan upah harian—akan ditanggung oleh perusahaan,” tutur Warisman menambahkan.
Suasana sosialisasi di Balai Desa Bebakung berlangsung dalam nuansa dialogis. Warga terlihat aktif memberikan pertanyaan dan tanggapan. Beberapa tokoh adat bahkan menyampaikan apresiasi terhadap langkah terbuka perusahaan.
Kepala Dinas DPPP, Rudi, dalam sambutannya berharap agar hubungan baik antara perusahaan dan masyarakat terus terjaga.
“Pemerintah daerah tentu mendukung investasi, selama tetap memperhatikan kepentingan masyarakat dan lingkungan. Sosialisasi seperti ini penting agar tidak ada kesalahpahaman di lapangan,” ujar Rudi.
Sementara itu, Camat Betayau, Jonathan, juga menilai kegiatan ini sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan.
“Ini langkah yang baik. Dengan komunikasi terbuka seperti ini, harapannya semua pihak bisa berjalan seiring—baik perusahaan, pemerintah, maupun masyarakat,” tuturnya.
Kegiatan sosialisasi PT BAS di Desa Bebakung bukan sekadar agenda formalitas. Lebih dari itu, kegiatan ini menjadi ruang dialog yang mempertemukan kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Dalam suasana hangat sore itu, antara secangkir kopi dan tawa ringan warga desa, tersirat harapan bersama—bahwa kehadiran investasi tidak hanya membawa keuntungan bagi perusahaan, tetapi juga mendorong kesejahteraan masyarakat Bebakung yang selama ini hidup berdampingan dengan alam dan kebun. (rko)




