Malinau, MK – Bali, nama yang tidak asing yang selalu kita dengar hampir di setiap pariwisata Indonesia. Namun penduduk Bali juga ada di Bumi Intimung dibawah naungan Paguyuban Bali. Mereka merantau dan tinggal di Malinau, bahkan sudah memiliki tempat ibadah (Pura). Paguyuban Bali menyajikan upacara adat Tawur Agung Kesanga yang bertujuan untuk menjaga keharmonisan antara manusia (Bhuana alit) dengan alam (Bhuana Agung) sehingga terwujud Satyam Siwam Sundaram.
Upacara Tawur Agung Kesanga disebut upacara Memarisuda Bumi dimana upacara tersebut mempersembahkan sesaji dan caru dengan tujuan menyucikan bumi dengan segala isinya dari segala kotoran, dimana bumi pertiwi dan alam semesta terjalin suatu keharmonisan sehingga seluruh tatanan makrokosmos dan mikrokosmos sudah siap, hening dan damai dalam menyongsong hari raya Nyepi.
Diakhir acara ditampilkan Ogoh-ogoh yaitu patung raksasa yang terbuat dari bambu yang berwujud menyeramkan. Ogoh-ogoh sendiri memiliki peranan sebagai simbol prosesi penetralisiran kekuatan negatif. Ogoh-ogoh diarak keliling desa bertujuan agar kekuatan negatif yang ada di sekitar desa ikut bersama-sama ogoh-ogoh yang nantinya dilebur dengan cara membakarnya.
Bentuk raksasa yang terkenal di Bali yang sangat menyeramkan dan sebagai simbol kekuatan negatif adalah rangda. Dalam legendanya rangda digambarkan sebagai seorang wanita dengan rambut panjang acak-acakan dan memiliki kuku yang panjang, serta lidah menjulur panjang, wajah yang menakutkan dan memiliki taring. (hms)