TANA TIDUNG, Metrokaltara.com — Pagi itu, Jumat (14/11/2025), cahaya matahari baru saja menerobos jendela besar Ruang Rapat Wakil Bupati Tana Tidung ketika satu per satu tamu berdatangan. Di antara mereka tampak wajah-wajah para pendidik, kepala sekolah, dan pengurus organisasi pendidikan yang menyiratkan harapan besar. Mereka datang bukan untuk acara seremonial semata, tetapi untuk sebuah proses penting yang dapat menjadi tonggak sejarah bagi pendidikan di daerah ini verifikasi usulan Penghargaan Dwija Praja Nugraha.
Di sudut ruangan, Drs. Sutomo AW, M.Pd, Wakil Sekjen PB PGRI Pusat yang akrab dipanggil Pak Tomo, berbincang santai dengan beberapa pengurus PGRI Kabupaten Tana Tidung. Suasana cair, akrab, dan penuh rasa kekeluargaan. Namun di balik kehangatan itu, semua tahu bahwa hari ini adalah hari yang menentukan.
Saat Plt. Kepala Disdikbud, Arman Jauhari, SH, maju ke depan untuk memaparkan program-program prioritas pendidikan, ruangan sontak menjadi lebih hening. Arman bukan sekadar menyampaikan angka dan data; ia memaparkan mimpi besar daerah tentang masa depan anak-anak Tana Tidung.
Ia menjelaskan langkah-langkah pemerintah daerah memperbaiki sarana prasarana sekolah, menghadirkan Program Satu Guru Satu Laptop, memfasilitasi transportasi siswa hingga ke wilayah pedalaman, memberikan perlengkapan dasar sekolah bagi siswa, hingga membuka akses lebih luas melalui beasiswa S1 dan S2.
Di layar, video yang diputarkan memperlihatkan bangunan-bangunan sekolah baru, para guru yang mengikuti pelatihan, hingga anak-anak berseragam rapi yang menapaki jalan setapak menuju sekolah. Narasi visual itu seperti mengafirmasi apa yang sebelumnya hanya menjadi data dalam laporan tertulis.
Beberapa peserta tampak mengusap mata, entah karena terharu atau bangga melihat betapa jauh langkah pendidikan di Tana Tidung telah menapak.
Ketika tiba giliran Pak Tomo menyampaikan tanggapan, nada suaranya terdengar tulus. Ia menatap para peserta sambil berkata:
“Apa yang kami lihat hari ini menunjukkan kesungguhan nyata. Ini bukan hanya pemenuhan administrasi, tetapi komitmen besar untuk membangun layanan pendidikan yang berkelanjutan.”
Kata-kata itu disambut tepuk tangan. Ia juga menambahkan bahwa sambutan masyarakat pendidikan di Tana Tidung begitu hangat dan berbeda dari banyak daerah yang pernah ia kunjungi.
Salah satu momen paling berkesan hari itu adalah ketika tim PB PGRI Pusat menerima cenderamata berupa sesingal dan kain batik khas Tidung. Di balik pemberian itu, ada pesan mendalam yang ingin disampaikan Tana Tidung: bahwa pendidikan dan budaya adalah dua hal yang saling berkaitan dan harus dilestarikan beriringan.
Foto-foto pun diambil—beberapa dengan tawa lebar, beberapa dengan pose formal, namun semuanya menyampaikan energi yang sama: kebanggaan.
Sesi testimoni menjadi bagian yang paling emosional. Perwakilan Dewan Pendidikan berbicara tentang peningkatan kualitas layanan sekolah. Seorang kepala sekolah bercerita bagaimana program laptop untuk guru membuka wawasan pengajaran digital. Perwakilan Himpaudi menyampaikan betapa pentingnya dukungan pemerintah bagi pendidikan usia dini.
Suara-suara itu datang dari mereka yang sehari-hari bergelut di ruang kelas, dari mereka yang tahu betul bagaimana wajah pendidikan sebenarnya di lapangan.
Usai foto bersama, tim PB PGRI melanjutkan proses verifikasi mendalam terhadap dokumen pendukung. Di balik pintu ruangan lain, mereka memeriksa data, membandingkan laporan, dan memastikan bahwa semua yang dipaparkan sesuai dengan kondisi nyata.
Di luar ruangan, para guru dan pengurus PGRI tampak saling berbincang. Ada harapan, ada degup optimisme, dan ada keyakinan bahwa kerja keras mereka selama ini sedang menuju pengakuan nasional. (rko)



