TANA TIDUNG, Metrokaltara.com — Suasana Balai Desa Periuk tampak penuh sore itu. Warga datang dalam jumlah besar, sebagian dari mereka duduk rapi, sebagian lain berdiri di sisi dinding sambil menyimak penjelasan para perwakilan perusahaan. Di ujung ruangan, papan informasi mengenai rencana operasional PT Borneo Agro Sakti (BAS) terpasang rapi, menjadi pusat perhatian banyak mata.
Desa Periuk menjadi titik terakhir dari rangkaian sosialisasi PT BAS di Kecamatan Betayau. Sebelumnya, kegiatan serupa telah digelar di Desa Mendupo, Kujau, dan Bebakung. Sosialisasi ini menghadirkan sejumlah pejabat dan tokoh penting, antara lain Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (DPPP) Tana Tidung Rudi, Camat Betayau Jonathan, ketua adat, para kepala desa, serta para warga setempat.
Manager PT BAS, Warisman, dalam pemaparannya menjelaskan bahwa perusahaan ingin memberikan gambaran secara terbuka kepada masyarakat mengenai rencana operasi dan proses-proses yang akan berjalan. Sosialisasi juga digelar untuk menampung aspirasi warga, karena menurutnya, perusahaan ingin hadir membawa dampak positif, bukan polemik.
“Kita tekankan bahwa sosialisasi ini untuk menjelaskan operasional PT BAS di empat desa di Kecamatan Betayau. Dan di Desa Periuk ini merupakan kegiatan sosialisasi yang ketiga,” ujar Warisman mengawali pemaparan.
Dari rangkaian kegiatan yang digelar, PT BAS mencatat tingginya antusiasme masyarakat. Banyak warga yang berharap perusahaan segera beroperasi, terutama karena peluang kerja yang dinilai dapat membuka lembaran baru perekonomian Betayau.
Harapan tersebut tidak hanya disampaikan di satu desa, tetapi hampir merata di seluruh titik sosialisasi. Salah satu pesan yang paling menonjol dari masyarakat adalah agar perusahaan lebih mengutamakan tenaga kerja lokal.
Warisman pun menanggapi harapan itu dengan tegas.“Dan itu memang salah satu komitmen kami. Perusahaan mengutamakan warga lokal. Selain mengikuti aturan bahwa 70 persen tenaga kerja harus masyarakat setempat, merekrut tenaga luar justru akan memakan biaya lebih besar,” jelasnya.
PT BAS menargetkan mulai beroperasi pada tahun 2026. Namun sebelum itu, areal lahan yang kini dikelola PT BAS masih menjadi bagian dari siklus produksi yang dijalankan PT Intraca Hutani Lestari. Tahun depan, PT Intraca masih akan memanen kayu sengon yang berada di wilayah tersebut untuk memenuhi kewajiban pajak kepada negara.
Setelah proses itu selesai, barulah PT BAS mengambil alih manajemen lapangan secara penuh untuk memulai penanaman dan produksi perkebunan sawit di atas lahan seluas 3.526 hektar.
Menurut Warisman, tahap awal yang akan dijalankan adalah persiapan pembibitan. Kegiatan ini akan memprioritaskan tenaga lokal, kecuali untuk bagian teknis khusus yang memang membutuhkan keahlian tertentu.
“Kami sudah tegaskan bahwa kemampuan teknis dan leadership harus dipertimbangkan. Mereka yang bekerja dari nol harus punya loyalitas dan disiplin yang sesuai aturan perusahaan,” katanya.
Terkait rekrutmen, PT BAS memastikan prosesnya akan dilakukan secara bertahap melalui koordinasi dengan pemerintah desa.
“Nantinya kami akan menyurati desa-desa untuk menyiapkan warganya sesuai kebutuhan perusahaan. Kita utamakan dulu warga desa di Betayau. Kalau dibuka umum pasti kuotanya tidak cukup. Alternatif lain baru diambil kalau desa tidak bisa menyediakan,” tegas Warisman.
Sosialisasi di Desa Periuk menjadi penutup rangkaian yang sarat diskusi dan harapan. Masyarakat Betayau kini menunggu langkah lanjutan perusahaan dengan optimisme, berharap agar pembangunan, lapangan kerja, dan pergerakan ekonomi yang dijanjikan benar-benar terwujud pada 2026 mendatang.
Bagi PT BAS sendiri, komitmen perekrutan tenaga lokal dan keterbukaan informasi menjadi modal untuk menjaga kepercayaan masyarakat sekaligus membangun hubungan yang konstruktif dalam jangka panjang. (rko)



