Pertamina Hentikan Produksi BBM di Kilang Balikpapan

by Redaksi Kaltara

JAKARTA – PT Pertamina (Persero) menghentikan sepenuhnya kegiatan produksi Bahan Bakar Minyak (BBM) di Kilang Balikpapan, Kalimantan. Penghentian kegiatan produksi dilakukan hingga 31 Mei 2020.

Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menjelaskan penghentian kegiatan produksi sehubungan dengan adanya penghentian operasi (plant shutdown) di kilang tersebut yang dilakukan sejak 20 April lalu. Fajriyah mengatakan penghentian kegiatan tersebut dilakukan sebagai upaya Pertamina dalam melakukan pemeliharaan dan perbaikan kilang.

“Dalam masa plant shutdown maka kilang berhenti berproduksi (BBM dan produk lainnya),” kata dia, di Jakarta.

Kendati demikian, Pertamina menjamin ketersediaan pasokan BBM untuk wilayah Kalimantan dalam kondisi aman. Ia mengatakan di masa konsumsi konsumsi BBM yang rendah ini membuat ketersediaan atau stok BBM yang sebelumnya diproduksi di kilang tersebut melimpah dan cukup tinggi.

Kilang Balikpapan memasok BBM untuk wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. “Konsumsi BBM di masyarakat yang masih di bawah rerata normal, baik untuk jenis gasoline (bensin) maupun gasoil (solar),” jelas Fajriyah.

Ketersedian stok BBM di kilang telah diperhitungkan akan cukup untuk menutup kebutuhan BBM di wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara hingga Kilang Balikpapan kembali beroperasi.

Sementara itu, Region Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Kalimantan Roberth Marchelino Verieza menyebutkan, stok premium sebesar 56.191 kiloliter (KL) atau cukup untuk 13 hari, pertamax 40.095 KL atau 22 hari, pertamax turbo 907 Kl atau 85 hari, solar 81.162 KL atau 12 hari, dan pertamina dex 1.398 KL atau 84 hari.

“Secara umum Stok BBM MOR VI dan penyaluran BBM berjalan aman dan lancar. Kalau dari coverage day saja tinggi, berarti stoknya banyak,” ujar dia.

Terkait konsumsi BBM di Kalimantan Utara, rata-rata konsumsi harian bensin 249 KL atau turun 25 persen dari periode Januari-Maret 330 KL dan solar 77 Kl atau turun 20 persen dari 97 KL. Khusus konsumsi premium tercatat sebesar 172 KL atau turun 17 persen dari 207 KL serta solar bersubsidi 73 KL atau turun 21 persen dari 92 KL.

Sementara di Kalimantan Timur, rata-rata konsumsi harian bensin pada April-Mei tercatat sebesar 1.322 KL atau turun 28 persen dari periode Januari-Maret 1.845 KL serta solar 623 Kl atau turun 17 perseb dari 749 KL. Khusus untuk premium konsumsinya sebesar 753 KL atau turun delapan persen dari 821 KL dan solar bersubsidi 564 KL atau turun 14 persen dari 655 KL.

Penghentian operasi Kilang Balikpapan menyusul turunnya konsumsi BBM yang terjadi hampir di seluruh Indonesia. Sejak 1 Maret lalu, penjualan rata-rata harian BBM turun signifikan mencapai 18,07 persen untuk bensin dan 9,11 persen untuk solar dibandingkan dengan rata-rata harian di Januari dan Februari lalu.

Rincinya, penjualan rata-rata harian bensin pada Maret-April ini tercatat hanya 76,65 ribu kiloliter (KL) dari normalnya 93,56 ribu KL, sementara penjualan bensin hanya 37,55 ribu KL dari normalnya 41,31 ribu KL.

Penurunan penjualan juga terjadi untuk pelanggan korporat. Penjualan rata-rata harian BBM industri tercatat turun dua persen menjadi 32,81 ribu KL dibandingkan rata-rata harian Januari dan Februari sebesar 33,48 ribu KL. Penjualan avtur ke industri penerbangan anjlok yakni 48 persen menjadi 8,14 ribu KL dari rata-rata harian Januari dan Februari 15,7 ribu KL.

Lebih lanjut, Pertamina menyatakan, Kilang Balikpapan bukan satu-satunya kilang yang dijadwalkan dilakukan penghentian operasi. Dua kilang lainnya yakni Kilang Sungai Pakning yang akan dilakukan penghentian unit pengolahan minyak mentahnya (crude distillation unit/CDU) serta Kilang Plaju yang akan mulai mengurangi produksi secara bertahap (slowdown).

“Adapun kilang lainnya yaitu Kilang Balongan, Kilang Cilacap, dan Kilang Kasim, tetap beroperasi normal,” tuturnya.

Mengacu data Pertamina, volume minyak mentah yang diolah di kilang dalam negeri pada Mei nanti direncanakan turun 30-40 persen dari 4,76 juta KL per bulan menjadi 2,7 juta KL per bulan, sejalan dengan produk yang dihasilkan dari kilang pun juga berkurang.

Produksi premium dari awalnya 687 ribu KL per bulan akan diturunkan menjadi 532 ribu KL, pertamax dari 658 ribu KL per bulan menjadi 477 ribu KL per bulan, avtur dari 489 ribu KL menjadi 165 ribu KL, dan solar dari 1,73 juta KL menjadi hanya 975 ribu KL. (medcom)

Related Articles

Bagaimana Tanggapan Anda?....

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

%d blogger menyukai ini: