- Walhi dan Pencinta Alam Susur Sungai
TANJUNG SELOR – Potensi Sumber Daya Alam (SDA) di Kalimantan Utara (Kaltara) pada umumnya diyakini masih menyimpan kekayaan asli yang masih asri, baik sungai maupun daratannya. Sebagai sebuah lembaga lingkungan, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) eksekutif Nasional, bersama Eksekuti Daerah Walhi Kaltim-Kaltara, dan sejumlah pencinta alam, belum lama ini melakukan kegiataan susur sungai.
Susur sungai dimaksudkan, untuk melihat langsung sumber daya alam yang masih asri. Kegiatan ini masih perdana, alhasil tim susur sungai tersebut baru bisa menjajaki sejumlah desa dari Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan hingg Desa Long Pujungan, Kecamatan Pujungan, Kabupaten Malinau Provinsi Kaltara.
Perjalanan dilakukan sejak 26 November 2019 hingga 3 Desember 2019. Dimulai dari Tanjung Selor, tim susur sungai yang berjumlah enam orang menggunakan speedboat reguler menuju Desa Long Bia, Kecamatan Peso. Membutuhkan waktu satu hari kemudianuntuk tim bisa menuju Long Pujungan menggunakan Longboat yang perjalanannya menghabiskan waktu sekitar tujuh jam dari Long Bia.
Perjalanan tak semudah yang dibayangkan, pasalnya harus melewati sejumlah giram dengan arus air deras dan bebatuan besar. Beruntung kali ini, menurut penjelasan motoris air sedang bersahabat sehingga tidak perlu tenaga ekstra untuk mendorong perahu agar bisa sampai di pujungan.
“Ini adalah perjalanan perdana kami, beruntung perjalanan kali ini cukup dimudahkan, namun tentu ketahanan fisik diutamakan. Kami juga mendapat dukungan penuh dari Bupati Bulungan bapak Sudjati. Tujuan kami adalah semata melihat langsung kondisi bentang alam di Kaltara, kali ini Bulungan pada khususnya dan juga Malinau, karena sungai yang kami lewati saling terhubung,” ujar Koordinator Susur Sungai, Aray.
Sepanjang perjalanan lanjutnya, meski terik menghantam kulit, namun mata dimanja oleh hijaunya hutan belantara, dinginnya air sungai serta alam yang ari. Menurutnya ada hal yang mernarik, dibeberapa desa yang sempat disinggahi masyarakatnya masih ada yang mempertahankan adat istiadat dan kebiasaan tradisional dalam kehidupan sehari-hari. Baik itu untuk cara mamasak, ataupun dalam memenuhi pangan, tentunya dengan memanfaatkan hasil tanam dilingkungannya.
“Tentu hal itu perlu dijaga, menjaga alam itu sama halnya menjaga kehidupan, adanya alam raya ini adalah jaminan kehidupan, sayogyanya kita jaga bersama. Bulungan dan Kaltara pada umumnya masih memiliki alam yang asri, itu juga menjadi jaminan untuk keberlangsungan hidup,” jelasnya.
Selain itu, dirinya juga menyampaikan keanekaragaman hayati yang juga mesti harus dijaga, begitupun yang ada di air atau sungai. Pun dalam perjalanannya hingga saat ini jumlah jenis ikan tidak lagi seberagam puluhan tahun lalu, namunitu pun perlu dijaga kelestariannya. (Nur/Red/MK*)