Upaya Wujudkan Lumbung Pangan, Bangun Kerja Sama dengan Dewan Adat
TANJUNG SELOR, MK – Dalam upaya menegakkan integritas bangsa sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan perbatasan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Utara (Kaltara) tak hentinya melakukan berbagai inovasi.
Sekali dayung, dua pulau terlampaui. Tak salah kiranya, pepatah itu diterakan terhadap upaya Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) merealisasikan upaya menciptakan lumbung pangan di Kaltara, utamanya di kawasan perbatasan. Salah satu wilayah sasaran DPKP untuk mencapai hal tersebut, adalah Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan.
Di sana, ada sejumlah komoditi pangan andalan yang dapat dikembangkan sekaligus dipadukan, hingga memungkinkan Kaltara menjadi lumbung pangan, baik regional Kalimantan maupun nasional kelak. Yakni, Padi Adan dan Kerbau Krayan. “Kami akan mencoba mengintegrasikan pengembangan Padi Adan dengan Kerbau Krayan, yang keduanya merupakan endemik atau hanya dimiliki Krayan. Tujuannya, tak hanya dapat mencukupi kebutuhan pangan untuk Krayan, tapi juga Kaltara, bahkan bisa untuk diekspor secara domestik hingga ke manca negara nantinya,” kata Andi Santiaji, kepala DPKP Provinsi Kaltara, belum lama ini.
Dipaparkannya, sebagaimana rencana induk pengembangan pertanian di wilayah perbatasan, Kaltara mencanangkan pada program pengembangan padi organik dan pengembangan komoditas potensial. Dalam hal ini, untuk program pertama, tentu saja targetnya adalah pengembangan Beras Adan organik, serta pengembangbiakkan Kerbau Krayan melalui metode Inseminasi Buatan (IB), untuk program kedua. “Sedianya, di Kecamatan Krayan, termasuk Kecamatan Krayan Selatan, Krayan Timur, dan Krayan Barat ada sejumlah komoditas yang diproyeksikan untuk dikembangkan. Selain Padi Adan, dan Kerbau Krayan, ada pula Kopi Arabica dan Lada. Tapi, fokus saat ini, yang paling tinggi nilai komersialnya, adalah Padi Adan dan Kerbau Krayan. Ditambah lagi, Padi Adan memang sudah cukup terkenal di kalangan masyarakat,” urai Andi.
Dipaparkannya, sedianya Padi Adan sudah dipatenkan keberadaannya sebagai aset pangan Indonesia yang berasal Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan oleh Pemprov Kalimantan Timur (Kaltim)—sebelum Kaltara terbentuk. Kini, Pemprov Kaltara melalui DPKP tinggal melanjutkan peningkatan nilai komersialnya. “Kita akan mengurus penegasan keberadaan Beras Adan sebagai beras organik. Sekaligus diberi kemasan khusus, dengan label organik di kemasan itu. Ini akan meningkatkan nilai ekonomisnya,” ujar Andi.
Dalam merealisasikan hal ini, DPKP bekerjasama dengan salah satu konsultan independen agar hasilnya lebih objektif. “Sejauh ini, Beras Adan memang ditanam dan dipelihara dengan metode tradisional yang belum menggunakan perlakuan khusus, seperti pupuk kimia atau lainnya. Uniknya lagi, Beras Adan di Krayan itu, rasanya berbeda dengan Beras Adan yang ditanam di wilayah lain di Kaltara. Jadi, benar-benar endemik keberadaannya,” papar Andi.
Potensi pengembangan Beras Adan di Krayan sendiri, menurut Andi, untuk sawah produktifnya mencapai 3.602,97 hektare. Ini seluruhnya merupakan padi organik. Untuk saat ini, pemasarannya masih menggunakan metode tradisional. “Ukuran penjualannya menggunakan takaran kaleng, dan sasaran pemasarannya untuk saat ini adalah Malaysia. Oleh pengumpul di Malaysia, harga jual Beras Adan ini mencapai 3 kali lipat dari harga belinya dari petani kita. Belum lagi, oleh Malaysia, Beras Adan ini dikemas dengan baik, bahkan dalam beberapa pameran pangan, Beras Adan pun menjadi salah satu produk unggulan yang dipajang oleh mereka,” beber Andi.
Modernisasi pengembangan Beras Adan di Krayan pun menjadi sasaran DPKP. “Kita menempatkan sejumlah penyuluh pertanian di sana, untuk berbagi pengetahuan sekaligus melakukan riset pengembangan Beras Adan melalui metode yang lebih mutakhir. Tapi semuanya, tak bisa langsung jadi, harus perlahan-lahan dan penuh ketekunan,” ungkap Andi.
Sementara untuk pengembangan Kerbau Krayan, DPKP beserta sejumlah lembaga riset peternakan di Indonesia melakukan melakukan penelitian pengembangbiakan Kerbau Krayan melalui metode IB. “Kerbau Krayan ini, sekilas bentuk fisiknya mirip sapi. Tapi, untuk melahirkan anak, tak sebanyak sapi. Dalam sekali kehamilan, Kerbau Krayan hanya dapat melahirkan satu anak. Untuk hamil pun sulit, apalagi dengan metode konvensional yakni mengawinkan yang jantan dengan betina,” jelas Andi.
Adapun potensi Kerbau Krayan berdasarkan catatan DPKP Kaltara, mencapai 3.336 ekor. “Jika penelitian ini berhasil, maka Krayan dapat menjadi lumbung benih Kerbau di Indonesia. Dan, akhirnya, akan menjadi pemasok daging, selain sapi,” ujar Andi.
Untuk hal satu ini, DPKP telah membuat rencana kegiatan yang akan direalisasikan pada 2018. Yakni, penyusunan Feasibilty Study (FS) dan Master Plan untuk pusat perbibitan ternak Kerbau Krayan, serta pengembangan Hijauan Makanan Ternak (HMT) dan Hijauan Pakan Ternak (HPT). DPKP juga menempatkan sejumlah petugas penyuluh pertanian untuk membantu peternak Kerbau Krayan melakukan pengembangan dengan metode lebih mutakhir. “Kita tak jalan sendiri dalam mewujudkan hal ini. Kita akan berkoordinasi dengan dewan adat yang ada di Krayan agar bersama-sama memiliki kesepahaman mengenai langkah kita. Komunikasi awal dengan dewan adat juga sudah dilakukan,” tuntasnya. (humas)