TANJUNG SELOR, MK – Atas koordinasi dan komunikasi yang intensif dengan pusat, serta dukungan penuh melalui pendanaan APBN, sejak 2014 Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Utara (Kaltara) terus berupaya menggenjot peningkatan Bandar Udara (Bandara) di wilayah perbatasan ini. Hasilnya, dari sebelumnya sebuah bandara kecil, empat bandara di Kaltara kini sudah bisa didarati Pesawat ATR-2.
Gubernur Kaltara Dr H Irianto Lambrie mengungkapkan, ada 6 bandara di Kaltara yang menjadi prioritas pengembangannya. Yakni, Bandara Juwata di Tarakan, Bandara Tanjung Harapan di Tanjung Selor Bulungan, Bandara Kolonel RA Bessing di Malinau, Bandara Long Apung di Malinau, serta di Nunukan ada Bandara Nunukan dan Yuvai Semaring Krayan.
Dalam kurang waktu lima tahun, dikatakan, keenam bandara tersebut telah berubah semakin membaik. Bahkan empat di antaranya (kecuali Tarakan) telah memanuhi syarat untuk didarati pesawat besar, salah satunya ATR-72. Yaitu Bandara Nunukan, Bandara Tanjung Harapan (Bulungan), Bandara Malinau dan Bandara Yuvai Semaring, Krayan.
“Termasuk Bandara Juwata Tarakan, sebagai bandara Internasional kondisinya juga semakin membaik. Pengembangan masih terus dilakukan. Bahkan waktu ada Pak Presiden ke Kaltara akhir tahun lalu, kembali saya usulkan secara langsung. Namun karena kondisi tahun ini, terkendala pandemi Covid-19 sedikit tertunda,” kata Irianto.
Bandara Nunukan, disebut sebagai salah satu bandara yang pengembangannya cepat. Kondisi Bandara Nunukan dahulu sangat jauh dari standar internasional. Pada 2016, panjang runway Bandara Nunukan masih 1.100 meter, kini bersolek dengan panjang runway mencapai 1.600 X 30 meter.
Sesuai laporan dari Dinas Perhubungan (Dishub) Kaltara, kata Irianto, pengerjaan Bandara Nunukan dimulai pada 2017. Yakni, dilakukan perpanjangan runway pada Bandara Nunukan 500 X 300 meter dengan anggaran Rp 35 miliar lebih. Kemudian dilanjut pada tahun 2019 diperpanjang 150 X 30 meter dengan anggaran Rp 19 miliar.
“Jika ditotal, panjang runway mencapai 1.750 meter, namun di ujung bandara yang mengarah ke permukiman, di-displace 150 meter. sehingga total runway yang di verifikasi panjangnya 1.600 meter,” terang Irianto, didampingi Kepala Dishub Kaltara Taupan Madjid.
“Saat ini, landasan pacu Bandara Nunukan telah didarati oleh pesawat jenis ATR-72. Termasuk bandara lainnya, yakni Bandara Tanjung Harapan, Kolonel RA Bessing, dan Yuvai Semaring,” tambahnya.
Gubernur mengungkapkan, dalam kurung waktu 2014-2018, pengembangan 6 bandara di Kaltara mendapatkan dukungan penuh dari pusat melalui APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Nilainya Rp 1 triliun lebih. Dengan rincian, pada 2014 dianggarkan Rp 263,8 miliar, pada 2015 sebesar Rp 272,1 miliar, 2016 sebesar Rp 152,8 miliar, 2017 sebesar Rp 243,8 miliar, dan di 2018 sebesar Rp 182 miliar.
“Ini tidak lepas dari komunikasi dan sinergi yang baik yang kita lakukan secara intens dengan Pusat. Baik dengan Menhub, waktu Bapak Ignasius Jonan hingga Bapak Budi Karyadi, maupun langsung dengan Presiden,” katanya.
Sementara di tahun 2020, peningkatan dan perpanjangan runway dilakukan di Lapangan Terbang (Lapter) Kecamatan Pujungan, Kabupaten Nunukan. Pendanaannya, bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kaltara, sebesar Rp 3 miliar.
“Sebelum masuknya provinsi, Lapter Pujungan memiliki panjang runway 440 X 26 meter, dengan kondisi yang berbelok atau tidak lurus. Saat ini lapter Pujungan memiliki panjang runway 500 X 26 meter, dengan kondisi lurus dan ditingkatkan dari rumput menjadi aspal lapen (lapis penetrasi),” kata Taupan menambahkan.
“Peningkatan runway lapter Pujungan sendiri di mulai sejak 2018. Pada 2018, melalui APBD dianggarkan sebesar Rp 1 miliar lebih, pada 2019 juga dianggarkan Rp 1 miliar, dan terbaru tahun ini dianggarkan Rp 3 miliar,” tutupnya.(humas)