TANJUNG SELOR, MK – Selain bantuan biaya Pendidikan, berupa beasiswa melalui program Kaltara Cerdas, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Utara (Kaltara) juga menyediakan fasilitas berupa asrama bagi putra/putri asal Kaltara yang meneruskan pendidikan tingkat perguruan tinggi di luar daerah.
Saat ini, seperti disampaikan Husain, Kepala Bagian Perlengkapan pada Biro Umum dan Perlengkapan Setprov Kaltara, telah tersedia asrama mahasiswa di tiga kota besar di Indonesia, yakni Jogjakarta, Malang dan Makassar. Husain menjelaskan, ada enam asrama di tiga kota tersebut. Terdiri dari 3 asrama putra (Aspura) dan 3 asrama putri (Aspuri). Dengan berbagai fasilitas yang disiapkan oleh Pemprov secara gratis, mulai dari tempat tidur, meja, lemari hingga ruang pertemuan.
Asrama mahasiswa ini, kata Husain, selain sebagai tempat tinggal, juga berfungsi wadah pertemuan mahasiswa asal Kaltara untuk meningkatkan rasa persaudaraan, kekompakan dan mengobati rasa rindu kampung halaman. “Semua fasilitas menjadi tanggung jawab Pemprov Kaltara dan dari enam asrama. Ada satu Aspuri yang telah menjadi aset Pemprov Kaltara, yakni aspuri Jogja,” kata Husain.
Diungkapkan, mengenai pengelolaan asrama, diserahkan ke pengurus masing-masing asrama yang ditunjuk. Namun dalam hal ini, Husain minta agar yang diprioritaskan adalah mahasiswa yang berasal dari keluarga dengan ekonomi lemah.
Selain itu, pengurus asrama juga diminta membuat laporan kegiatan yang isinya berkaitan dengan kegiatan mahasiswa di asrama dan masukan untuk pemerintah terkait kebutuhan, atau kekurangan yang ada di asrama. “Laporan ini agar aktifitas atau penggunaan fasilitas yang ada di asrama itu jelas dan dapat termonitor,” ungkapnya.
Di tempat berbeda, Doody Irfandi, mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta asal Kabupaten Bulungan yang juga sebagai ketua asrama di Yogyakarta mengungkapkan, bahwa dirinya dan kawan-kawan mahasiswa disana merasa sangat terbantu atas fasilitas yang disediakan oleh Pemprov Kaltara secara gratis. “Selama saya tinggal di asrama dari 2017 hingga sekarang saya tidak pernah membayar sepeserpun untuk uang sewa. Malahan terkadang pejabat pemerintah yang datang berkunjung memberikan bantuan,” ungkapnya.
Doody mengatakan, kalau pun ada iuran, itu sebagai uang kebersihan dan membayar WiFi yang digunakan mahasiswa besarannya juga relatif kecil. Hanya kisaran Rp 10 ribu per mahasiswa. “Dari uang iuran ini kami alat-alat kebersihan sapu, pel dan membayar Wi-Fi,” tutupnya.(humas)