Perekam Data Penerbangan Ethiopian Airlines Ditemukan

by Muhammad Reza

Tim investigator jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines telah menemukan perakam data penerbangan atau Flight Data Recorder (FDR) dan perekam data kokpit atau Cokpit Data Recorder (CDR). Kedua benda itu sedang dipulihkan untuk mengetahui pasti penyebab jatuhnya pesawat.

Petugas mengangkat sebuah serpihan di lokasi kecelakaan pesawat maskapai Ethiopian Airlines di dekat kota Bishoftu, Ethiopia, 10 Maret 2019. (Foto: AFP/MICHAEL TEWELDE)

“Perekam Data Penerbangan Digital dan Perekam Suara Cockpit ET302 telah dipulihkan,” dalam rilis resmi Ethiopian Airlines melalui akun twitter resminya seperti dilansir Aljazeera, Senin 11 Maret 2019.

Namun, salah seorang pejabat setempat mengatakan kondisi benda yang disebut juga kotak hitam itu sebagain tidak lagi utuh atau dalam keadaan rusak. Ia belum tahau apakah data-data penerbangan itu masih bisa diselamatkan.

“Rusak sebagian” dan bahwa “kita akan melihat apa yang dapat kita ambil darinya”.

Penemuan FDR dan CDR ini akan memudahkan para investigator menyelidiki penyebab jatuhnya pesawat nahas itu. Para ahli dan penyelidik penerbangan Ethiopia telah dibantu oleh para ahli Kenya dan Amerika Serikat.

Pakar forensik dari Israel juga tiba pada hari Senin di Ethiopia untuk membantu penyelidikan, kata juru bicara Ethiopian Airlines Asrat Begashaw. Ethiopian Airlines berjanji akan melakukan proses penyelidikan ini dengan cepat.

Ethiopian Airlines mengatakan penumpang ET302 berasal dari 33 negara. Jumlah korban dari Kenya mencapai 32 orang, sementara Kanada 18.

Seorang warga Indonesia juga berada di deretan korban tewas. Ia diketahui sebagai seorang wanita bernama Harina Hafitz yang bekerja untuk World Food Programme (WFP), salah satu organisasi terafiliasi Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Sedikitnya 19 staf PBB juga dilaporkan tewas dalam kecelakaan tersebut. Jumlah pasti personel yang tewas belum dapat ditentukan, karena ada beberapa dari mereka tidak menggunakan paspor PBB. Kecelakaan terjadi menjelang sebuah konferensi Program Lingkungan PBB di Kenya.

Pilot penerbangan Ethiopian Airlines ET302 sempat melaporkan adanya masalah teknis dan meminta izin berbalik ke bandara, sesaat sebelum pesawat nahas itu jatuh di dekat kota Bishoftu, berjarak sekitar 62 kilometer dari Addis Ababa.

Pesawat tersebut jatuh enam menit usai lepas landas dari bandara Addis Ababa menuju Nairobi, Kenya, pada Minggu 10 Maret 2019. Menara pengawas kehilangan kontak dengan Boeing 737 Max 8 itu pada pukul 08.44 waktu Ethiopia.

Penyebab kecelakaan belum diketahui. Chief Executive Officer Ethiopian Airlines Tewolde Gebremariam mengatakan sesi perawatan rutin sebelum ET302 lepas landas tidak menunjukkan adanya masalah. Kapten Yared Getachew yang menerbangkan pesawat tersebut juga sudah memiliki lebih dari 8000 jam terbang dengan “catatan rekor luar biasa.”

Sumber: Medcom.id

Related Articles

Bagaimana Tanggapan Anda?....

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

%d blogger menyukai ini: