RSP Bunyu Mangkrak, Warga Minta Pertanggungjawaban Pemerintah

by Redaksi Kaltara

BUNYU, MK – Warga Kecamatan Bunyu, Kabupaten Bulungan merasa kecewa dan mengeluh. Sebab pulau yang diberkahi hasil bumi yang melimpah ini,  kondisi infrastruktur dan kesejahteraan masyarakatnya masih belum sesuai dengan harapan masyarakat.

Padahal disana terdapat perusahaan BUMN pengelola sumber daya alam (SDA) seperti minyak dan batu bara, tetapi warga malah kecewa dengan perusahaan lantaran lebih mengutamakan tenaga kerja dari luar dibanding pemberdayaan tenaga kerja lokal terutama generasi muda. “Karena anak muda banyak yang menganggur, maka anak-anak muda banyak lari ke narkoba, ” ujar Adji Pangeran H. Thamrin, Ketua Lembaga Adat Tidung dan Dayak Cabang Bunyu, saat berbincang dengan  calon Bupati Bulungan yang akan berkontestasi pada pilkada 27 November nanti, Dr. Datu Iman Suramenggala S. Hut, M. Si di kediaman sang ketua adat.

Kondisi ini sangat disesalkan ketua adat, karena pemerintah daerah dianggap mandul tak mampu memfasilitasi harapan masyarakat untuk menyalurkan pemberdayaan generasi muda sebagai tenaga kerja di perusahaan yang telah lama  beroperasi di Bunyu.

“Dulu saat ingin menjadi bupati, bukan mainlah janji-janji bupati, begitu sudah jadi janjinya itu nol besar, ” kata Adji Pangeran Thamrin.

Dia pun berharap jika Datu Iman dan Cheito Karno (Ashe) ditakdirkan Allah menjadi pasangan bupati Bulungan 2024, dapat  mengakomodir harapan warga Bunyu terkait pemberdayaan anak-anak muda di perusahaan sebagai tenaga kerja, disamping program kesejahteraan masyarakat lainnya.

” Kami tidak minta uang, tetapi kami mau bupati memanggil bos  perusahaan itu, masukkan anak-anak bekerja di perusahaan agar tidak menganggur dan lari ke narkoba, ” harapnya.

Setali dua tiga uang, masyarakat Bunyu juga kecewa berat dan mengeluh soal infrastruktur jalan dan fasilitas umum lseperti Rumah Sakit  Pratama Bunyu (RSP) yang kini berdiri ibarat museum angker menyeramkan, hidup segan mati pun tak mampu, yang dibangun pemerintah Bulungan.

Rumah sakit itu dibangun beberapa tahun lalu tetapi kondisinya kini mangkrak tak beraturan sebab dana sekitar Rp 60 miliar amblas namun bangunan tidak kelar.

“Itulah warisan pemerintah daerah kepada masyarakat Bunyu, ” ujar Udin, seorang warga yang ikut diberdayakan sebagai mitra penyuplai material pada rumah sakit mangkrak tersebut.

RSP Bunyu kondisi terkini tidak lebih dari puing-puing bangunan yang berantakan di sana-sini dan tak tuntas pengerjaannya, proyek itu diduga sarat dengan korupsi.

Sejauh ini polisi sudah menetapkan tersangka dan sukses membuat salah satu pelaksana proyek masuk bui di Polda kaltara.

Kini sasaran tembak polisi adalah pejabat pemerintah untuk diperiksa dan tak menutup kemungkinan menyusul oknum lain yang sudah terdahulu di bui.

Info yang berkembang, pejabat daerah terkait sudah bolak balik Polda Kaltara, bahkan KPK sudah mulai melirik kasus yang menggunakan duit rakyat itu, untuk di periksa. Kepala Dinas Kesehatan Bulungan salah satu yang kini mondar mandir di meja reskrim Polda Kaltara untuk dimintai keterangan terkait proyek gagal di Bunyu tersebut.

Yang jelas proyek rumah sakit itu telah membuat masyarakat Bunyu kecewa bahkan marah sebab hanya diprank untuk dibangunkan rumah sakit tetapi toh kini juga harus susah-susah ke daerah lain semisal RS Tarakan untuk berobat sekian lama. Intinya, RSP Bunyu yang gagal itu berdiri diatas sepengetahuan sang bupati.

Yang menyedihkan sebab RSP Bunyu tidak saja merugikan duit rakyat,  dan mengecewakan mayoritas masyarakat Bunyu, tetapi berdampak negatif langsung kepada sejumlah warga yang diberdayakan dalam proyek RSP yang dianggarkan kurang lebih Rp60 miliar tersebut.

Udin misalnya, warga Bunyu yang selama proyek rumah sakit dibangun menjadi mitra penyuplai material ke proyek itu. Akibat proyek gagal, kini dia terpaksa harus menanggung utang material sebanyak kurang lebih Rp 200 juta, lantaran material tidak dibayar oleh penanggung jawab proyek. Kabarnya sang kontraktor telah kabur dan tak tercium lagi kabarnya hingga kini.

Akibat ditagih utang tak kunjung berhenti, rumah tangga Udin jadi berantakan. Istri minggat dan terancam bercerai gara-gara tak tahan ditagih utang. Pekerjaan sebagai pengusaha hancur dan kini terpaksa harus mulai dari nol. “Selama proyek ini hadir di Bunyu penghidupan saya hancur Pak, tak saja ekonomi tetapi juga rumah tangga saya,”ujar udin.

Kini dia berharap pemerintah Bulungan bertanggung jawab atas proyek itu sebab masyarakat merasa dibohongi. “Jika melanjutkan proyek itu saya harus dapatkan kembali dana saya yang Rp 200 juta itu pak, karena saya dibungkus utang gara-gara menalangi uang material yang tak dibayar kontraktor,”terang Udin lagi.

Selain proyek rumah sakit Bunyu yang membuat masyarakat muak dengan sikap pemerintah, kekecewaan masyarakat juga tertuju kepada fasilitas jalan umum yang dinilai tidak tersentuh pembangunan pemerintah daerah.

Jika pun dibangun, sejumlah proyek jalan dinilai masyarakat hanya terealisasi setengah-setengah. Muhtar, warga Bunyu lainnya mengaku kecewa dengan pemerintah dan meminta agar sejumlah akses jala diperbaiki. Jalan yang berlobang sepanjang masa tak tersebut, atau dikerjakan setengah-setengah seperti yang terjadi di Jalan Mulyo Agung dan jalan TPI. Kondisi jalan berlobang dan berkerikil runcing disebut warga sebagai jalan obat rematik kaki, mengistilahkan jalan tersebut rusak bergerigi. “Jalan ini sudah lama kita minta diperbaiki tetapi hanya dijanji bupati, jika pun mereka datang ke Bunyu tetap hanya berjanji tetapi tidak direalisasikan,”kata Muhtar.

Warga Bunyu berharap pemimpin yang akan datang dapat memperhatikan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Mereka sudah bosan dijanji tetapi tak pernah di penuhi seperti pemerintah Bulungan saat ini. (tim)

Related Articles

Bagaimana Tanggapan Anda?....

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.