TANA TIDUNG, Metrokaltara.com – Malam di Balai Adat Desa Sebidai, Senin (29/9/2025), terasa berbeda. Lampu neon yang menggantung di langit-langit ruangan sederhana itu menyinari kursi-kursi plastik yang tersusun rapat. Warga, dari orang tua hingga anak muda, memenuhi tempat duduk. Sebagian bahkan berdiri di pinggir ruangan. Mereka datang bukan sekadar menghadiri acara, melainkan membawa harapan besar.
Di hadapan mereka, duduk Herman, S.Pi., Anggota DPRD Provinsi Kalimantan Utara dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Malam itu, Herman menggelar reses masa sidang I tahun 2025. Setelah sebelumnya menyerap aspirasi warga di Desa Sesayap Induk, Sesayap Selor, dan Sedulun, kini giliran warga Sebidai menyampaikan suara mereka. Keesokan paginya, agenda akan berlanjut ke Desa Betayau.
“Reses ini adalah ruang kita bertemu, ruang masyarakat berbicara, dan ruang saya sebagai wakil rakyat untuk mendengar,” ucap Herman membuka pertemuan.
Jalan Sekolah yang Membahayakan
Tak butuh waktu lama, seorang warga dari Desa Sesayap Hilir angkat bicara. Dengan nada serius ia bercerita soal kondisi jalan menuju SMK di desanya. “Kalau musim hujan, jalannya becek luar biasa. Guru-guru sering jatuh. Anak-anak juga kesulitan. Drainase pun rusak,” keluhnya.
Sorakan kecil dari warga lain terdengar, tanda bahwa keluhan itu dirasakan banyak orang. Infrastruktur sekolah rupanya menjadi sorotan utama. Di SMA Negeri 1 Sesayap, masalah berbeda muncul: ketiadaan pagar. Kepala sekolah, Samsul, menuturkan betapa sulitnya guru mengontrol siswa saat jam istirahat.
“Kalau ada pagar, lebih tertib. Guru lebih mudah mengawasi. Kami juga butuh semenisasi halaman agar kendaraan siswa bisa masuk, tidak lagi parkir di jalan,” katanya.
Herman menanggapi dengan serius. Ia mencatat poin demi poin sembari menegaskan bahwa persoalan pendidikan ini adalah kewenangan provinsi.
“Permasalahan jalan dan pagar sekolah akan kita perjuangkan. Saya akan dorong ke OPD terkait agar bisa segera ditangani,” ujarnya disambut anggukan warga.
Infrastruktur Desa dan Ancaman Abrasi
Aspirasi berikutnya datang dari warga Sebidai. Paris, perwakilan RT 3, menyuarakan kebutuhan mendesak lingkungannya. “Gang kami sempit dan rendah. Kalau hujan sering tergenang. Kami butuh penimbunan jalan, semenisasi, dan plat deker,” katanya.
Kepala Desa Sebidai, Arbain, kemudian menambahkan suara yang lebih besar. Ia menyampaikan tiga hal pokok. Pertama, pemekaran badan jalan usaha tani menuju kilo 8 yang selama ini menjadi nadi akses warga. Kedua, ancaman abrasi di tepi jalan Sebidai yang sudah menggerus lahan dan mengancam rumah. “Kami butuh bronjong, Pak Dewan. Kalau dibiarkan, bisa makin parah,” ungkapnya.
Ketiga, Arbain menyinggung rencana pembangunan sumur bor untuk mengairi sawah. Ia menekankan pentingnya dukungan pemerintah karena program ini sejalan dengan prioritas pangan nasional.
Listrik Kayu dan Harapan Beasiswa
Di tengah perbincangan, isu kelistrikan muncul. Warga mengeluhkan masih adanya jaringan listrik dengan tiang kayu, termasuk di area SMK. “Bahaya sekali kalau ada angin kencang. Kami mohon tiangnya diganti permanen,” pinta salah seorang warga.
Sementara itu, aspirasi lain yang tak kalah penting adalah soal beasiswa. Banyak orang tua berharap anak-anak mereka yang kuliah di luar daerah mendapat dukungan lebih besar. “Beasiswa masih sangat dibutuhkan. Jangan sampai anak-anak kita putus kuliah karena biaya,” kata seorang tokoh masyarakat.
Herman mengangguk dan menimpali, “Ini akan saya dorong juga. Pendidikan harus jadi prioritas. Kita tidak boleh biarkan anak-anak pintar kita terkendala biaya.”
Pertanian dan Peternakan
Sektor ekonomi rakyat pun tak ketinggalan. Warga Sesayap Induk menekankan kebutuhan pupuk, bibit, jalan tani, dan irigasi. Sementara warga Sesayap Selor mengingat pengalaman pahit menerima bantuan kambing. “Banyak yang mati, Pak. Tidak cocok di sini. Kalau bisa, bantuannya sapi atau hewan lain yang sesuai,” ungkap salah seorang petani.
Masalah pertanian, perikanan, perkebunan, dan peternakan memang menjadi denyut utama masyarakat Tana Tidung. Aspirasi ini menandai betapa sektor pangan masih membutuhkan intervensi nyata pemerintah provinsi.
Fasilitas Sosial dan Keagamaan
Selain itu, ada pula suara terkait layanan sosial. Ibu Ester, warga Sebidai, menyoroti lokasi Posyandu yang sempit. Ia berharap ada perluasan bangunan agar pelayanan kesehatan ibu dan anak lebih nyaman. Di sisi lain, umat Katolik mengingatkan bahwa gereja lama di desa itu belum pernah mendapat pembangunan baru. “Kami rindu rumah ibadah yang lebih layak,” ucap seorang warga dengan nada lirih.
Herman: Aspirasi Akan Diperjuangkan
Selama hampir dua jam, Herman mendengar satu per satu aspirasi warga. Dengan tenang ia menjelaskan bahwa seluruh usulan tidak berhenti di catatan reses semata. Aspirasi itu akan dibawa ke rapat fraksi, komisi, bahkan pimpinan DPRD Kaltara.
“Saya sudah sampaikan juga dalam paripurna APBD Perubahan, jalan-jalan kewenangan provinsi harus jadi fokus. Jangan sampai masyarakat kita terhambat karena infrastruktur yang rusak. Aspirasi ini nyata, bukan usulan baru, tapi kebutuhan lama yang harus segera diselesaikan,” tegasnya.
Herman juga menjelaskan bahwa perjuangan aspirasi rakyat punya dua jalur: lewat politik DPRD dalam bentuk pokok pikiran hasil reses, dan lewat mekanisme Musrenbang desa, kecamatan, kabupaten hingga provinsi. “Kalau dua pintu ini kita dorong bersama, saya optimis usulan masyarakat bisa terealisasi,” katanya.
Harapan di Balik Reses
Malam makin larut, namun suasana di Balai Adat Sebidai tetap hangat. Warga masih bercengkerama, sebagian berbincang kecil tentang apa yang akan terjadi jika aspirasi mereka benar-benar diwujudkan. Ada yang membayangkan jalan mulus tanpa becek, ada yang berharap anak-anaknya kuliah tanpa khawatir biaya, ada pula yang berangan-angan irigasi sawah bisa menjadikan panen lebih melimpah.
Di penghujung acara, Herman menutup reses dengan nada reflektif. “Saya hadir di sini bukan hanya untuk mencatat keluhan, tetapi untuk memperjuangkannya. Aspirasi bapak-ibu sekalian adalah amanah bagi saya. Selama masih dipercaya menjadi wakil rakyat, saya akan terus berusaha agar suara masyarakat Tana Tidung sampai ke meja kebijakan,” ucapnya.
Malam itu, di bawah cahaya lampu sederhana balai adat, masyarakat pulang membawa rasa lega. Mereka telah menyampaikan suara. Kini, harapan besar tertambat pada seorang wakil rakyat yang berjanji membawa aspirasi itu hingga ke gedung DPRD Provinsi Kalimantan Utara. (rko)



