Oleh : Kombes Pol Moh Yamin Sumitra
(Dirbinmas Polda Kaltara)
DENGAN menjungjung tinggi peradaban akan membuat kita semua selalu berfikir dan berbuat kebaikan, penuh persaudaraan, penuh kejujuran, konsisten, gotong royong, bijaksana, dan tidak akan ada dusta diantara kita.
Adanya konflik, rusuh, tindakan anarkis ini karena kita melupakan peradaban yang ada dan telah disepakati bersama yaitu 4 konsensus dasar bangsa ( Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI ) sebagai pedoman utama bagi bangsa Indonesia yang harus diamalkan dan pedoman lainnya yang berlaku.
Pengalaman dari catatan kejadian kejadian sejarah sebelum merdeka kita bersatu bergotong royong untuk memerdekakan bangsa dan negara ini secara serempak bersama-sama dari Penjajah Belanda dan Jepang.
Setelah merdeka kita bersepakat untuk memegang teguh 4 Konsensus Dasar Bangsa ( Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI ) hasil dari perumusan para suhada pejuang yang memerdekakan bangsa dan negara ini.
Setelah merdeka, juga ada Agresi I dan II. Begitu juga ada gerakan penghianatan terhadap bangsa dan negara ini oleh DI/TII , PKI yang tujuannya ingin menguasai Indonesia karena Sumber Daya Alam Indonesia sangat banyak dan kaya raya. Begitu juga DI/TII dan PKI karena sakit hati atau tersesat oleh Isme-isme yang lain selain Pancasila, tujuan akhirnya juga ingin berkuasa di Indonesia dengan merubah Ideologi yg sudah disepakati bersama.
Kita semua orang bersaudara sebangsa setanah air dan satu turunan anak cucu Nabi Adam dan Hawa. Kita semua harus menjaga persaudaraan kita dan antisipasi hoax dan provokasi dari siapapun. Contoh baru baru ini kerusuhan di Papua sampai berujung pengrusakan dan pembakaran fasilitas umum, sudah ketahuan ada yang diduga membuat hoax, provokasi rasisme di Jawa Timur yang memimpin demo dijadikan tersangka inisial TS.
Cukup sudah menjadi gambaran dan catatan seperti pengalaman kemarin jelang dan pada saat Pemilu 2019, kita bersaudara terkotak-kotak dan terjadi gesekan, konflik dan rusuh yang tidak menyenangkan yang dibuat oleh pelaku politik dengan hoax, provokasi, dan fitnah. Semua ini sudah jelas karena pelakunya sudah terbukti dan diproses hukum dan masuk penjara pada kegiatan Pemilu 2019.
Kita harus tahu dan mencatat kejadian di Papua itu awalnya dari Malang ada kegiatan dan di Surabaya, persiapan ke Istana Negara demo di Jakarta dari suatu tempat, kita harus kritis jangan mudah terpancing dan mudah emosi akibat hoax, provokasi , dan fitnah. Kita harus tetap menjaga kerukunan dan kekeluargaan demi utuhnya NKRI dari semua rongrongan dan ancaman baik dari dalam maupun luar negeri.
Sebagai pejabat, pakar, tokoh harus berfikir sebagai seorang negarawan dan harus kritis, ikuti perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan dan teknologi internet, mengikuti dinamika politik dan mencatat kejadian-kejadian/sejarah yang terjadi untuk dianalisa dan dievaluasi untuk kebaikan NKRI dari rongrongan pelaku politik yang berbuat negatif dan ancaman dari dalam negeri atau luar negeri.
Kita semua harus sadar dan selalu berfikir dengan logika, jangan mudah terprovokasi dan mau terus dijadikan obyek dan dijadikan korban oleh pelaku pelaku penghianat, pelaku politik, pelaku yang ingin menguasai Indonesia.
Yang akan mengancam perpecahan/konflik terhadap bangsa dan negara Indonesia, karena sudah ada buktinya hampir setiap kejadian ada provokasi dan provokatornya baik melalui hoax, fitnah, dan adu domba. Datanya sudah ada yang ditangkap dan dipenjara dan yang baru baru ini juga sudah ada yang ditangkap dan diduga menjadi tersangka rasis yang terjadi di Jawa Timur. (*)