TANJUNG SELOR, MK – Rencana Tsingshan Houlding Group berinvestasi di Kalimantan Utara (Kaltara) menunjukkan keseriusannya. Beberapa hari lalu, perusahaan asal Tiongkok atau Cina tersebut menurunkan timnya melakukan survei langsung ke lokasi rencana Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) di Mangkupadi-Tanah Kuning, Kecamatan Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan.
Sehari sebelumnya, tim dari Tsingshan didampingi dari Kementerian Perindustrian RI dan jajaran Pemprov Kaltara juga meninjau lokasi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Desa Peso, Kabupaten Bulungan.
Gubernur Kaltara Dr H Irianto Lambrie mengatakan tinjauan beberapa kali itu menghasilkan kesimpulan bahwa infrastuktur utama yang mendesak untuk diatasi yakni kebutuhan energi listrik. Sambil menunggu penyelesaian PLTA yang diperkirakan membutuhan waktu lama, ada alternatif Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebagai solusi jangka pendeknya.
Gayung bersambut, di lokasi yang tidak lumayan jauh dari KIPI ada perusahaan batubara yakni PT Pesona Khatulistiwa Nusantara (PKN) siap membangun PLTU dengan kapasitas lumayan besar. “Pemprov bersama Tsingshan Holding Group sudah minta data mereka (PKN). Berapa cadangan batu bara yang ada untuk mendukung power plant nanti,” kata Irianto.
Dijelaskan, PKN telah menyatakan kesiapannya membantu kebutuhan energi listrik agar mendukung pengembangan kawasan industri di Mangkupadi-Tanah Kuning. “Pada saat berkunjung ke PKN, telah dipaparkan bahwa perusahaan tersebut sudah menyiapkan lokasinya di Rangau. Mereka siap berapa yang kita butuhkan. Bisa 2×200 Megawatt (MW) sampai 2×300 MW. Lokasinya dekat dengan KIPI, sekitar 14 kilometer saja,” sebutnya.
Dibandingkan dengan rencana pembangunan PLTA, pembangunan PLTU dinilai Irianto lebih cepat. Jadi, PLTU akan tetap berjalan sembari menunggu pembangunan bendungan PLTA terealisasi.
“Paling tidak butuh waktu 5 sampai 6 tahun membangun PLTA. Karena itu, dengan PLTU sebagai solusi jangka pendeknya dapat kita manfaatkan. Untuk membangun PLTU, paling lama rentang waktu yang dibutuhkan hanya 24 bulan,” beber Irianto.
Bahkan, katanya, kapasitas ini masih memungkinkan ditambah sesuai dengan kebutuhan pengembangan kawasan industri. Sebab, PKN memiliki cadangan batu bara hingga 74 juta ton. Apalagi ada beberapa investor yang melirik kawasan industri ini. “Kalau permintaan banyak, PKN bisa meningkatkan power plant,” tukasnya.
Gubernur juga menegaskan, tidak menutup kemungkinan PKN akan berinvestasi di dalam kegiatan pengembangan kawasan industri. “Termasuk mendukung investor lainnya nanti,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Pertambangan dan Infrastruktur Energi, Kementerian Koordinator Kemaritiman (Kemenko Kemaritiman) Yohanes Yudi Prabangkara yang turut serta dalam peninjauan itu mengungkapkan, lokasi KIPI Tanah Kuning – Mangkupadi sangat layak dikembangkan menjadi kawasan industri. Hanya saja kebutuhan infrastruktur energi harus segera teratasi dalam menopang industri yang akan masuk ke kawasan itu.
“KIPI di Tanah Kuning dan Mangkupadi, merupakan kawasan strategis. Mengingat kawasan ini terletak di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II. Karena itu, kebutuhan energi di wilayah ini harus cepat dilakukan agar wilayah ini secara cepat berkembang,” tutur Yohanes.
Mengingat pembangunan PLTA membutuhkan waktu yang cukup lama, Yohanes tidak menampik untuk sementara waktu dapat digunakan PLTU. Apalagi PT PKN, siap membangun PLTU di kawasan Rangau, yang lokasinya hanya 14 kilometer dari kawasan industri. “Tiga tahun ke depan pemerintah mendorong percepatan pembangunan kawasan industri. Kawasan industri ini akan memberi nilai tambah kepada Kaltara, dimana secara bersamaan akan menyerap tenaga kerja sehingga mempengaruhi perekonomian daerah,” tuntasnya. (humas/MK*1)