JAKARTA, MK – Setelah rencana investasi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Sungai Kayan tahap 1 900 Megawatt mendapatkan kepastian untuk dimulai 2018 dari pemilik modal, PT Kayan Hydro Energy (KHE), rencana investasi lainnya pun semakin ‘terusik’ untuk segera memulai kegiatannya. Salah satunya, PT Indonesia Asahan Aluminium atau Alumina (Persero).
Seperti diketahui, PT Inalum (Persero) berencana membangun industri smelter alumina di Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) Tanah Kuning-Mangkupadi. Targetnya, pada 2024 sudah beroperasi industri smelter baru di Kaltara dengan kapasitas produksi sekitar 500 ribu ton. Disusul pabrik wire rod 100 ribu ton, pabrik billet 100 ribu ton, dan pabrik alloy 300 ribu ton.
Dijelaskan Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara) Dr H Irianto Lambrie, dengan terbangunnya industri smelter alumina tersebut, PT Inalum pun menyongsong target produksi aluminium di Kaltara sekitar 500 kilo ton pada 2024, dan akan ditingkatkan hingga 1.000 kilo ton. “Sejurus dengan dimulainya pembangunan PLTA Kayan tahap 1, maka berproses juga investasi lainnya. Salah satunya, Inalum. Memang, kebutuhan listrik untuk menggerakkan industri smelter alumina itu, cukup besar. Dengan terbangunnya, PLTA Kayan I, kebutuhan itu dapat terpenuhi,” jelas Gubernur, belum lama ini.
Benefit lainnya, untuk instalasi kelistrikannya, cukup dekat. Sekitar 120 kilometer menuju lokasi kluster alumina. “Proses panjang dilalui terkait rencana pembangunan industri smelter alumina ini. Sejak Oktober 2016 hingga Oktober 2017 dengan dilakukannya kunjungan ke Kaltara, pertemuan dengan instansi di Pemprov (Pemerintah Provinsi) Kaltara, penandatanganan MoU (Memorandum of Understanding) hingga peninjauan lokasi PLTA Kayan I dan KIPI Tanah Kuning-Mangkupadi,” papar Gubernur. Dilanjutkan, pada November 2017 dilakukan pertemuan dimulai kegiatan pra Feasibility Study (FS), dengan target 30 April 2018 sudah dihasilkan laporan final pre FS.
Inalum sendiri akan menggunakan lahan KIPI seluas 600 hektare. “Setelah laporan final FS dihasilkan, Inalum akan menilai apakah memang layak di tapak itu dibangun industri smelter atau tidak. Tapi, mereka optimis, sangat layak, bahkan berencana untuk membangun pelabuhan sendiri untuk pengangkutan alumina,” tuntasnya.(humas)