Tarakan, metrokaltara.com – PT Pertamina (Persero) menjamin ketersediaan elpiji 3kg di perbatasan Negara sebagai bentuk dukungan penuh perusahaan akan eksistensi NKRI di perbatasan.
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya mengatakan dengan keterbatasan infrastruktur diperbatasan Negara saat ini, Pertamina tetap menjalankan fungsi PSO yang telah diamanatkan pemerintah, khususnya dalam pendistribusian elpiji 3kg. pertamina menjaminketersediaan elpiji 3kg di perbatasan Negara dengan Malaysia.
Bahkan tutur Hanung, pertamina menanggung ongkos distribusi sehingga warg Negara indonesiadapat menikmati harga elpiji 3kg yang wjar, untuk Kota Tarakan yang semula harga satu tabung elpiji 3kg mencapai Rp.30 ribu kini menjadi Rp.15.500 begitu pula di Kabupaten Nunukan  dan Sebatik, yang semula Rp.36 ribu dengan pertamina menanggung ongkos kirim, masayarakat sudah dapat merasakan tabung elpiji 3kg dengan harga kisaran Rp.17 ribu pertabung.
Pertamina telah menyalurkan 17.166 paket perdana elpiji 3kg ke Sebatik dan Nunukan sejak program konversi Kerosene ke elpiji 3kg di mulai tahun 2010 di daerah ini, total paket perdana elpiji juga telah disalurkan sebesar 89.999 tabung sejak konversi kerosene di berlakukan di wilayah Kaltara.
“Ini adalah peran yang dijalan pertamina demi mendukung eksistensi Negara di perbatasan sehingga warga Negara Indonesia dapat menikmati harga yang relative sama dengan warga Negara lainnya di daerah lainâ€, pungkasnya.
Sementara itu, Hanung mengatakan penerapan Kartu Survey Solar Bersubsidi yang telah dijalankan sejak 18 Juli 2014 di Tarakan sukses menurunkan konsumsi solar bersubsidi sekitar 12%. Kartu survey merupakan inisiatif poerusahaanuntuk memastikan solar bersubsidi tepat sasaran dan penerapan kartu survey di Tarakan adalah bagian dari program serupa yang telah sukses dibeberapa daerah lainnya di Indonesia.
Hanung mengungkapkan kartu survey di terapkan di Tarakan sejak 18 Juli 2014 dan saat ini telah mencakup 2.909 unit kendaraan dan 974 unit kapal, sejak penerapannya, Hanung mengungkapkan kartu survey terbukti dapat menghemat konsumsi solar bersubsidi sekitar 12%.
“Sebelum di terapkan kartu survey, penyaluran solar bersubsidi rata-rata sekitar 925 KL perhari, setelah penerapan penyaluran turun  di kisaran 825 KL per hari, melihat hasil mengembirakan ini, kami komit terus menggalakan penerapan kartu survey ini ke seluruh Indonesiaâ€,kata Hanung.
Hanung menjelaskan kartu survey berfungsi untuk mengetahui rill volume dan pola konsumsi solar bersubsidi untuk nelayan dan kendaraan di Kota Tarakan, selain itu, dengan kartu survey ini juga dapat menjadi sarana pendataan kendaraan dan kapal nelayan yang berhak mendapatkan solar  bersubsidi, data tersebut selanjutnya bisa menjadi database untuk perhitungan kuota solar bersubsidi yang akurat.
Kartu survey bisa di peroleh gratis di SPBU /APMS dan SPDN, tanpa kartu survey konsumen tidak bisa melakukan pembelian solar bersubsidi di SPBU, pembelian solar dibatasi sebesar Rp.200 ribu per hariâ€, terangnya.
Keberhasilan penggunaan kartu survey di Kota Tarakn tidak terlepas dari dukungan penuh Pemkot Tarakan berupa surat edaran Walikota Tarakan dan rekomendasi dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Tarakan untuk nelayan, dengan dukungan semacam ini, penggunaan kartu survey diyakini dapat berjalan dengan baik dan memberikan hasil yang optimal di tempat lain.
Selain Kota Tarakan yang telah sukses menerapkan kartu survey meliputi Kabupaten Belitung, Kabupten Bintan, dan Kota Tanjung Pinang serta Batam, yang telah bertransformasi menjadi fuel card. Pertamina berkomitmen untuk terus mengembangkan program kartu survey ke berbagai daerah yang memiliki karakteristik serupa seperti Pulau Bali dan juga seluruh Pulau Jawa.
.
.
Reporter/Editor: Muhammad Reza Rizaldy