Sampah Plastik Ancam Merusak Ekosistem Hutan Mangrove

by Metro Kaltara

TARAKAN, MK– Banyaknya jumlah sampah plastik yang meningkat dari tahun ke tahun nampaknya menimbulkan kecemasan, salah  satunya yakni dikawasan Hutan Manggrove yang berada di Jalan Gajah Mada, atau yang biasa disebut Kawasan Konservasi Mangrove (KKM).

Menurut Kepala Seksi Pemeliharaan Lingkungan pada Dinas Lingkungan Hidup Tarakan, Hariyanto mengungkapkan pihaknya pun tengah meminimalisir sampah plastik dengan melakukan sosialisasi ke masyarakat.

“Sampah plastik bawaan banjir saja, sudah pasti mempengaruhi ekosistem alam, apalagi manusia. Upaya untuk membersihkan sampah plastik juga sudah kami lakukan, tapi belum maksimal. Kami hargailah setiap usaha yang dilakukan,” ujarnya.

Ia menjelaskan, sampah plastik misalnya berupa botol minuman terapung dan tertinggal diatas permukaan lumpur atau tanah. Akhirnya, menutup permukaan sekitarnya dan mengakibatkan Mangrove yang ada jadi terhimpit dan tidak bisa bernafas.

“Tidak bisa bernafas dan menyerap udara, karena terhimpit sampah plastik yang tidak bisa mengurai itu,” imbuhnya.

Saat ini, jumlah Mangrove di KKM sebagian diambil kewenangannya oleh Pemerintah Provinsi. Di antaranya, wilayah di Mamburungan, Juata Laut dan Karang Anyar Pantai termasuk di belakang KKM dan Bekantan di Jalan Gajah Mada, sekitar 60 hektare.

Sejak likuidasi dari Dinas Kehutanan, Pertambangan dan Energi ditarik ke provinsi, saat ini sedang dilakukan pengaturan penyerahan untuk pengelolaan KKM. Diakuinya, lahan KKM yang masih merupakan lahan pemerintah sebenarnya bisa dilakukan pengawasan maksimal, seperti di Mamburungan.

“Kalau kawasan mangrove di lahan pemerintah itu, secara de jure itu diserahkan ke DLH untuk penanganan dan pengelolaannya,” bebernya.

Sebenarnya, tanaman Mangrove ini jika tumbuh dengan baik menjadi tempat bertelornya ikan, udang dan binatang laut lainnya. Sehingga, menjaga proses regenarasi binatang laut untuk menyediakan anak bibit ikan, udang dan sebagainya.

“Gunanya pun juga dapat mengurangi terpaan angin secara langsung ke darat atau perumahan, menahan banjir agar tidak langsung ke pemukiman penduduk. Selain itu, juga bisa mengurangi dampak dari tsunami. Apalagi kalau di pantai yang hampir tidak ada kawasan mangrove atau tingkat kerusakannya cukup parah, bisa akibatkan abrasi juga,” Imbuhnya. (arz27)

Related Articles

Bagaimana Tanggapan Anda?....

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.