Samarinda, MK – Ketegangan mewarnai suasana hari ke enam pasca penculikan tujuh Anak Buah Kapal (ABK) Tug Boat Charles. Ketegangan ini terjadi saat sejumlah utusan kelurga ABK dilarang bertemu dengan pihak perusahaan PT Rusianto Bersaudara, Senin (27/06).
Berdasarkan pantauan Metro Kaltara suasana di pintu masuk perusahaan sempat memanas, tim pendamping keluarga korban terlibat cek-cok mulut dengan petugas jaga. Keributan ini terjadi akibat pihak perusahaan tidak mengizinkan masuk tim pendamping keluarga korban, beruntung keributan cepat teratasi dan tidak meluas.
Andri Sanusi selaku tim pendampingan mengaku pihaknya hanya ingin mendampingi keluarga korban karena dikhawatirkan terjadi intimidasi dan ancaman dari pihak perusahaan.
“Kami menilai perusahaan sangat tertutup, padahal kedatangan kami hanya ingin mendampingi keluarga korban karena kami takut mereka melakukan intimidasi dan lain-lain,” ujarnya.
Utusan keluarga ABK menilai sikap tak simpatik yang ditunjukkan keamanan perusahaan makin menambah kecurigaan bahwa PT. Rusian Bersaudara bersikap setengah hati membebaskan para ABK yang disandera Kelompok Saparatis Abu Sayyaf.
Kecurigaan ini makin bertambah setelah mengetahui sejumlah keluarga ABK dari berbagai daerah selama berada di Samarinda terlantar termasuk ayah kandung nakhoda kapal. “Bahkan keluarga korban di luar Kaltim tak dihiraukan oleh pihak perusahaan. Padahal kedatangan mereka hanya ingin mengetahui kondisi keluarganya,” tuturnya.
Sebelumnya, sejumlah keluarga ABK mendatangi kantor PT Rusianto Bersaudara guna menghadiri undangan pihak perusahaan. Tidak diketahui secara pasti alasan perusahaan melakukan pemanggilan tersebut hanya saja hingga hari ke enam pasca penyanderaan keberadaan tujuh ABK masih belum diketahui. (Gladis/MK*1)