TANJUNG SELOR, MK – Pemilik modal atau investor melirik industri olahan rumput laut di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara). Mendukung peluang investasi ini, Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kaltara terus melakukan kajian untuk industri yang mengelola rumput laut.

Seperti diketahui Provinsi Kaltara saat ini menjadi salah satu Provinsi penghasil rumput laut mentah terbesar se-Indonesia, sehingga banyak investor yang melirik Kaltara untuk menjadikan rumput laut sebagai bahan olahan.

Penata kelola Ahli Muda Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kaltara, Rahman Putrayani mengatakan, saat ini sudah ada investor yang tertarik untuk berinvestasi disektor ini.

Sehingga pihaknya pun mencoba mengkaji dari IPRO Investment Project Ready to Offer (IPRO) bersama Pemprov Kaltara.

“Kajian itu nantinya akan kita susun termasuk memperhitungkan dampak ekonomi, ekosistem alam, keuntungan dan lainnya. Karena rancangan yang kita tawarkan juga tidak jauh berbeda dengan kebutuhan investasi yang mereka sediakan,” Kata Rahman pada Ahad, 12 Mei 2024.

Ia menjelaskan berdasarkan kajian yang dilakukan oleh calon investor, nilai potensi investasi olahan rumput laut di Kaltara ini sekitar USD 3 juta per satu industri olahan. Sementara yang disusun berdasarkan IPRO Pemprov Kaltara itu nilai investasi olahan rumput laut itu sekitar Rp 40 miliar.

“Nilai ini untuk investasi pada sektor hilirisasinya. Akan tetapi sejauh ini belum dapat dipastikan investasi ini akan difokuskan dalam bentuk Semi Refined Carrageenan (SRC) Alkali Treated Cottonii (ATC), produk setengah jadi yang digunakan pada pengolahan karaginan atau dalam bentuk lainnya,” lanjutnya.

“Intinya untuk pengelolaannya akan jadi seperti apa, itu jelas sudah ada dalam gambaran sehingga jika industri ini nantinya jalan. Maka kita sudah punya bahan jadi yang dikelolah dari rumput laut,” jelasnya.

Meski demikian bukan berarti industri menjanjikan ini tidak ada hambatan, diakui oleh Rahman ketersediaan sumber air bersih menjadi salah satu persoalan yang harus diselesaikan jika ingin investasi olahan rumput laut dapat berjalan.

Pasalnya, baik Kota Tarakan dan Kabupaten Nunukan yang menjadi daerah penghasil rumput laut terbesar di Kaltara tidak memiliki kebutuhan sumber air yang cukup untuk industri ini.

“Makanya ada dua opsi pilihan yang kita siapkan seperti industri ini akan dibangun di Kabupaten Bulungan atau KTT yang memiliki sumber air yang besar atau tetap kita bangun di Kota Tarakan dan Nunukan dengan mengupayakan kebutuhan sumber airnya. Karena jika di Bulungan atau KTT, kita juga harus memperhitungkan akomodasi transportasinya,” tuntasnya.(**)