Tarakan, MK – Empat negara Asean akan mengikuti Brunei Darussalam Indonesia Malaysia Philippines East Asean Growth Area (BIMP-EAGA). Kegiatan ini akan dilaksanakan selama empat hari dari 30 November hingga 3 Desember di Kota Tarakan (30/11).
Kegiatan yang membicarakan upaya pengembangan kerjasama ekonomi ini, nantinya menghadirkan empat menteri masing-masing negara. Untuk Indonesia akan dihadiri Menteri Perekonomian Darwin Nasution. Ada pula kepala dinas dan gubernur dari masing-masing negara Asean.
Gubernur Provinsi Kaltara, Irianto Lambrie berharap dengan adanya kegiatan ini dapat mempererat hubungan antar negara di Asian Tenggara. Selain memperat hubungan juga menghasilkan kesepakatan-kesepakatan baru dalam merealisasikan kerjasama ekonomi.
“Misalnya dulu pernah dirumuskan jalan antar negara Asean mulai dari Kalimantan menuju Serawak Malaysia lalu menuju Brunei Darussalam, dan Sabah Malaysia tembus Kaltara, Kaltim, Kalsel dan Kalteng,” ujarnya kepada Metro Kaltata belum lama ini.
Tak hanya itu, diharapkan pula perjanjian perdagangan lintas batas antara pedagang Malaysia dan Indonesia dapat diperbaruhi. Pasalnya tahun 1974 menteri perdagangan Indonesia dan Malaysia melakukan penandatanganan perjanjian perdagangan lintas batas.
“Dalam perjanjian perdagangan lintas batas itu, salah satu poinnya, warga perbatasan Indonesia seperti di Krayan boleh berbelanja dagangan maksimal 600 ringgit. Namun dalam prakteknya tidak seperti itu, ternyata belanjanya melebihi sehingga menjadi illegal,” tuturnya.
Melihat kondisi inilah, Irianto berharap perjanjian perdagangan lintas batas tersebut diperbaruhi. Apabila perjanjian ini diperbaruhi berarti perdagangan antara dua negara ini menjadi legal. Sehingga pedagang dapat berbelanja dengan volume yang besar
“Kalau dilegalkan tentunya pedagang tidak perlu khawatir lagi di tangkap dan tentunya bisa membeli barang yang lebih banyak. Bahkan juga masing-masing negara dapat bisa memungut pajak dan ini bisa saling menguntungkan,” harapnya.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Provinsi Kaltara, RDM Johan Mulyadi mengatakan, BIMP-EAGA merupakan organisasi yang mempercepat pembangunan kawasan perbatasan. Organisasi ini diikuti empat negara, karena empat negara ini perbatasan yang paling menempel.
“Contohnya saja Indonesia yaitu di Provinsi Kaltara bisa dikatakan daerah yang perbatasannya paling lengkap dan berbatasan langsung dengan Sabah, Serawak dan Tawau Malaysia. Terus dari kejauhan berbatasan dengan Brunei Darussalam dan diseberang laut berbatasan dengan Filipina,” terangnya.
Johan mengungkapkan dengan mempercepat pembangunan di kawasan perbatasan diharapkan tidak ada lagi terjadi kesenjangan satu dengan lainnya. Kawsan perbataan ini harus disama ratakan aksesnya dalam keamanan dan ekspor impor.
“Misalnya di Tarakan ini kalau eskpor impor tidak diatur dengan benar, yang terjadi illegal baik itu penyelundupan manusia hingga bahan kebutuhan pokok . Padahal kita ini mempunyai potensi ekspor yang sangat besar menjadi produsen, salah satunya ekspor udang dan kepiting bertelur,” tambahnya. (ars)