Pontianak, MK – Hampir sepekan kota Pontianak diselimuti kabut asap dari pembakaran lahan. Kondisi ini diperparah dengan musim kemarau yang membuat status Indeks Standar Pencemaran Udara menjadi berbahaya.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Barat, Sustyo Iriyono mengatakan timnya sudah melakukan flyover untuk memantau titik api di kota Pontianak dan Kubu Raya. Hasilnya, terpantau 15 daerah atau areal lahan pertanian masyarakat yang mengepulkan asap. Sedangkan data MODIS dari satelit Terra dan Aqua mendeteksi 95 titik panas di Kalimantan Barat.
“Kecil-kecil, namun terus mengepulkan asap sehingga terakumulasi di Kota Pontianak. Kota Pontianak diprioritaskan karena Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) sudah buruk,” ujarnya, Kamis 25 Agustus 2015.
Sementara itu, koordinator lapangan Unit Pelaksana Teknis Hujan Buatan BPPT, Sutrisno, menambahkan, penyemaian awan untuk hujan buatan belum bisa dilakukan hingga dua hari kedepan karena tidak adanya awan potensial. Ditambah lagi, dua topan di Jepang dan Filipina juga menyebabkan tidak ada awan potensial tersebut.
“Namun 3 hari ini kelembaban udara diatas 700 mb atau skitar 10.000 feet ke atas sangat kering, sehingga sulit terbentuk awan potensial. Fitambah, adanya dua tropical cyclone Goni dan Atsani yang berada di sebelah Selatan Jepang dan perairan Philipina membuat masa udara di sebagian besar wilayah Kalimantan tertarik ke arah cyclone tersebut,” tambahnya.
Hal ini, tambahnya, menyebabkan udara di wilayah Kalimantan kering. Namun diperkirakan cyclone tersebut akan segera mencapai daratan dan melemah dan dengan kondisi ini diperkirakan 2 hingga 3 hari ke depan di wilayah Kalbar potensi pertumbuhan awan akan mulai kembali membaik lagi. (Lyn)
.