JAKARTA, MK – Dalam rangka penutupan Peringatan Hari Meteorologi Dunia (HMD) ke-69, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Prof. Dwikorita Karnawati Meluncurkan Automated Weather Observing System (AWOS) iRMAVIA di Kantor BMKG Pusat, Jakarta, Selasa (2/4)
Dwikorita menuturkan AWOS iRMAVIA merupakan produk dalam negeri, karya pertama anak bangsa, generasi milenial BMKG. iRMAVIA sendiri merupakan singkatan dari iRM yang diambil dari sub Bidang Instrumentasi Meteorologi, sub Bidang yang mengembangkan AWOS dan Avia, yaitu Aviation.
“Total bandara di Indonesia adalah 297 bandara, tetapi jumlah AWOS saat ini sebanyak 180 yang beroperasi di setiap bandara. Tentunya, kondisi ini masih jauh dari ideal,” kata Dwikorita dalam keterangan pers itu.
Dwikorita menjelaskan selama ini kebutuhan AWOS didapat dari produk impor yang memiliki harga lebih mahal, kesulitan dalam pemiliharaan terutama untuk mendapatkan spare part-nya.
Untuk itu, lanjut Dwikorita BMKG mengembangkan AWOS iRMAVIA dan kedepannya melalui kerja sama dengan mitra industri dan perguruan tinggi, diharapkan dapat memenuhi pasar di Asia Pasifik dalam dunia penerbangan.
Sementara Deputi Bidang Instrumentasi, Kalibrasi, Rekayasa, dan Jaringan Komunikasi, Widada Sulistya menuturkan AWOS merupakan sistem pengamatan cuaca bandara yang dikonfigurasi untuk memberikan informasi kondisi cuaca bandar udara secara real time berupa parameter suhu udara, kelembaban udara, tekanan udara, arah dan kecepatan angin, jarak pandang, serta tinggi awan.
Informasi ini, lanjut Widada akan ditransimisikan ke stasiun meteorologi penerbangan dan layanan navigasi untuk panduan tinggal landas dan lepas landas pesawat terbang.
Pengembangan AWOS iRMAVIA melalui berbagai tahap. Tahap awal, tahap di mana memiliki fokus pada perancangan sistem dan tampilan. Tahap berikutnya, meliputi penyempurnaan sistem, penyandian otomatis, dan penyiapan implementasi. Terakhir, pengembangan sistem meliputi implementasi sistem dan evaluasi.
“Pada tahap awal, BMKG telah mengembangkan penggunaan data dan sensor secara fleksibel. Selain itu, dilakukan pembutan interface dengan 3 fitur display, tower view, observer pressure view yang digunakan untuk mendukung keselamatan penerbangan,” ucap Widada. Proses terakhir, imbuh Widada, akan dilakukan pengembangan data observasi dalam database.
“Dengan adanya produk ini, menjadi langkah awal bagi Indonesia menuju kemandirian penyediaan peralatan penunjang keselamatan penerbangan sehingga angka kecelakaan transportasi udara akibat faktor cuaca dapat diminimalisir,” harap Widada. (EN/Humas BMKG/ES)