TARAKAN – Wali Kota Tarakan, dr. Khairul mengingatkan bahwa kualitas demokrasi dan masa depan kepemimpinan suatu daerah sangat ditentukan oleh kecerdasan dan rasionalitas para pemilih. Hal ini disampaikan dalam kegiatan Sosialisasi dan Penguatan Pengawasan Partisipatif dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum yang digelar Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) bekerja sama dengan Anggota Komisi II DPR RI, Deddy Sitorus, di Swiss-Belhotel Tarakan, Minggu (5/10/2025).
Kegiatan tersebut dihadiri ratusan warga serta sejumlah tokoh penting, di antaranya Anggota Komisi II DPR RI Deddy Sitorus, Ketua Bawaslu Provinsi Kaltara Yakobus, dan Ketua Bawaslu Kota Tarakan Riswanto.
Dalam sambutannya, dr. Khairul menegaskan bahwa Pemilu merupakan instrumen demokrasi yang dilaksanakan setiap lima tahun sekali. Namun, ia menilai kualitas penyelenggaraan Pemilu akan sangat bergantung pada kesadaran masyarakat dalam menentukan pilihan.
“Seringkali persoalan kita saat ini dalam Pemilu atau Pilkada adalah siapa yang punya uang, dialah yang menang. Padahal, ada juga calon tanpa modal besar yang mampu meraih kemenangan karena dukungan masyarakat yang rasional,” ujar dr. Khairul.
Ia juga menyinggung perilaku sebagian pemilih yang kerap menyesali hasil pemilihan setelah wakil rakyat atau kepala daerah terpilih tidak membawa aspirasi mereka. Menurutnya, hal tersebut terjadi karena pemilih tidak menggunakan akal sehat saat menentukan pilihan.
“Sebenarnya yang salah juga kita saat memilih. Kita memilih karena sesuatu yang sifatnya sesaat, bukan karena melihat kualitas, ide, gagasan, dan semangat calon. Itu yang menjadi persoalan,” tegasnya.
Dalam kesempatan itu, dr. Khairul juga menuturkan pengalamannya saat memenangkan Pilkada Tarakan tanpa mengandalkan modal uang besar. Ia mengaku keberhasilannya saat itu karena masih banyak warga yang memilih secara rasional dan cerdas.
“Kalau saya waktu itu pakai uang, pasti kalah. Tapi alhamdulillah pemilihnya masih rasional dan cerdas,” ungkapnya.
Sebagai bentuk komitmen nyata, dr. Khairul memaparkan sejumlah program kerja yang telah dijalankan pemerintahannya, seperti penyediaan air PDAM gratis, beasiswa pendidikan, serta jaminan kecelakaan kerja bagi petani, nelayan, dan pekerja informal. Program tersebut, katanya, jauh lebih bermanfaat bagi masyarakat dibandingkan uang tunai yang diterima saat kampanye.
“Bapak Ibu mungkin butuh uang Rp200 ribu, tapi saya bisa kasih anak Bapak Ibu sekolah gratis, beasiswa berprestasi, atau bantuan kalau tidak mampu. Itu yang jauh lebih bernilai,” jelasnya.
Ia pun berharap kegiatan yang digagas Bawaslu ini dapat menjadi ruang pencerahan bagi masyarakat agar semakin sadar akan pentingnya menjadi pemilih cerdas dan ikut aktif mengawasi jalannya Pemilu.
“Untuk menghasilkan produk Pemilu yang berkualitas, tentu sangat tergantung dari kita semua. Kalau suara bisa dibeli, sulit kita mendapatkan pemimpin yang berkualitas,” tegas dr. Khairul.
Menutup sambutannya, dr. Khairul mengajak masyarakat Tarakan untuk terus mengedepankan akal sehat, menolak politik uang, serta memilih calon pemimpin yang memiliki rekam jejak, komitmen, dan gagasan jelas demi lahirnya pemimpin berkualitas di masa depan.

