Tanjung Selor, MK – Wajah dunia pendidikan di Kabupaten Bulungan patut menjadi perhatian serius oleh sejumlah stakeholder. Sebab, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Bulungan pada 2013 lalu, angka putus sekolah di ibukota Provinsi Kaltara ini mencapai 2.096 siswa.
Hasil itu, jelas membuat semua pihak termasuk DPRD Provinsi Kaltara terkejut. Salah satunya Zeth Tinting Rantesalu yang merasa prihatin terhadap dunia pendidikan yang berada di Kabupaten Bulungan. “Masalah pendidikan terjadi adanya putus sekolah dengan angka 2,096 anak. Paling banyak terjadi di Sekatak dan Tanjung Palas Tengah. Jika memang itu benar terjadi, maka merupakan bencana pendidikan di Kaltara,” tegas Zeth, Selasa (23/6).
Dengan banyaknya anak putus sekolah, maka generasi penerus pun akan mandek. Apalagi anak sekolah merupakan aset berharga bagi Kaltara dalam pembangunan ke depannya. Apalagi kecerdasan generasi muda tak bisa dibeli, semua dibentuk melalui lingkungan sekolah dan pengalaman yang diperoleh.
“Generasi muda sangat berharga, jangan dianggap remeh masalah seperti ini (putus sekolah). Generasi muda harus tetap disekolahkan, jika tak memiliki anak cerdas dan pintar maka daerah itu tak bisa maju,” cetus anggota Komisi II DPRD Kaltara ini.
Data anak putus sekolah diterima Zeth melalui media massa. Data itu belum termasuk untuk wilayah kabupaten dan kota lain yang berada di Kaltara.
Zeth menjelaskan bahwa dunia pendidikan di Kaltara harus mendapat perhatian serius dari pemerintah provinsi maupun kabupaten masing-masing. Semua pihak harus berkomitmen agar tak ada lagi anak putus sekolah ke depannya. Jika memang alasan infrastruktur, hal itu tak bisa diterima. Karena anggaran untuk dunia pendidikan sudah dialokasikan pemerintah pusat cukup besar.
“Salah satu contoh sekolah yang dibangun di Kota Tarakan terbilang cukup megah, apalagi itu sekolah SD. Namun kenapa kabupaten lain tidak bisa melaksanakan hal yang sama. Dana untuk dunia pendidikan dikucurkan pemerintah pusat sebesar 20 persen,” tuturnya. Permasalahan dunia pendidikan memang harus segera diatasi. Termasuk di kalangan Universitas Kaltara (Unikal) yang tercatat ada 656 mahasiswa Drop Out (DO) dari kampus swasta terbesar di Provinsi termuda di Indonesia itu. Ratusan mahasiswa tersebut tak diperbolehkan mengenyam pendidikan tinggi di kampus Unikal, karena telah melampaui batas waktu maksimal mengenyam ilmu di bangku kuliah.
“Dengan banyaknya jumlah mahasiswa yang DO itu, maka generasi pun ada kekosongan. Kita memang belum bisa melaksanakan, namun ke depannya sudah tak ada lagi anak putus sekolah maupun mahasiswa DO,” tuturnya. (nto/sti)
.