544
TARAKAN, MK – Meski sudah tak setenar kemarin, para pencinta batu akik tetap eksis, terbukti dalam pameran batu akik yang diselenggarakan di di Cafe JL, Selasa (7/8) kemarin.
Puluhan pecinta batu akik berdatangan dari seluruh Indonesia untuk memamerkan batu akik milik masing-masing daerah, baik Berau, Kaltim dan dari luar Kalimantan seperti Bengkulu, Palembang, Lampung, Jakarta dan Surabaya untuk turut menjadi peserta dan memamerkan batu akik miliknya.
Yadi, peserta dari Bengkulu mengaku antusias mengikuti kontes, setelah mengetahuinya dari media sosial yang dishare komunitas pecinta batu akik.“Sekarang kita mau menggeliatkan batu akik dengan memperkenalkan batu jenis baru, seperti batu fosil dari kayu misalnya. Kan, setiap daerah punya, sama seperti kami dari Bengkulu menaikkan batu awalnya dan selanjutnya untuk memajukan perbatuan Indonesia,” katanya, ditemui disela Kontes Batu Akik Nusantara.
Ada sekitar 400 kelas yang akan dipertandingkan dan dengan mengikuti kelas yang baru, ia berharap batu mulai redup bisa trend lagi dengan batu jenis baru. “Sebenarnya sering juga kontes batu seperti ini di daerah lain, tapi belum terekspos saja. Ini saya bawa batu fosil, serat kura dan beberapa jenis batu lainnya,” imbuhnya.
Tidak tanggung-tanggung, dari beberapa batu yang dimilikinya ini pernah ditawar orang dengan harga hingga Rp. 45 juta untuk batu serat kura, karena sudah juara beberapa kali. Batu serat kura ini memiliki keunggulan sendiri, seperti ada serat seperti punggung kura-kura seperti judul temanya.
Batu jenis serat kura ini juga kata dia, cukup langka dan sulit dicari sehingga bisa ditawar dengan harga yang tinggi. Hal inilah yang membuatnya percaya diri datang ke Tarakan untuk mempertandingkan batu miliknya bersama temannya dari Bengkulu.
“Perjalanan kami dari Bengkulu sampai ke Tarakan ini sekitar 10 jam. Ya, memang namanya juga hobi, kita tidak hitung soal uang, capek tapi yang penting hobi kita jalani,” katanya.
Soal ekonomi, kata dia cukup terbantu selama empat tahun ia terjun ke bisnis batu ini. Jadi, selain hobi, Yadi mengaku bisa menopang hidup dari batu akik yang ada. “Sebenarnya di Bengkulu, kita ini setiap bulan ada lomba seperti latihan bersama, sama dengan kontes burung begitu. Bahkan, batu yang kita punya juga semua memiliki sertifikat dari Sky Lab untuk memastikan batu ini asli atau tidak,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Kontes Batu Akik Nusantara, Haidir mengaku kontes yang dibuatnya untuk kembali menarik minat hobi pecinta batu akik, sekaligus mempromosikan batu akik nusantara, termasuk batu asal Berau, Kaltim yaitu Batu Lapis Benua untuk dinasionalkan.
“Di Kaltara ini sebenarnya ada batu white paguntaka dari Tarakan, tapi belum dinasionalkan,” katanya.
Syarat peserta, setiap batu yang akan dikonteskan wajib memiliki sertifikat dari Sky Lab dengan penilaian berdasarkan kelas, seperti kelas cristal yang paling bergengsi dan paling banyak peminatnya hingga ke batu gambar.
“Harga batu ini sebenarnya tinggi, paling rendah Rp 5 juta dan ada juga batu yang sampai ratusan juta rupiah,” tutupnya. (arz27)