MALINAU, Metrokaltara.com – Suara ketukan palu kecil berpadu dengan anyaman rotan terdengar nyaring di sebuah rumah sederhana di Desa Pelita Kanaan, Kecamatan Malinau Kota.
Di sana, Arisandi bersama beberapa rekannya tengah menuntaskan pesanan yang terus berdatangan menjelang Festival Budaya IRAU ke-11 Kabupaten Malinau.
Tangan Arisandi tampak lincah merangkai rotan menjadi wadah parcel yang kuat namun tetap indah dipandang. Sesekali ia mengelap keringat, lalu kembali merajut serat demi serat.
“Sejak diumumkan jadwal IRAU, pesanan langsung melonjak. Bahkan kali ini sampai dua kali lipat dari hari biasa,” ujarnya, Senin (29/9/2025).
Tidak hanya parcel, Arisandi juga harus menyelesaikan dekorasi lampu panggung dan perlengkapan stan pameran. Salah satu yang paling besar adalah pesanan dekorasi untuk stan Kecamatan Malinau Kota.
“Ini jadi pesanan utama kami. Harus dibuat sebaik mungkin karena akan ditampilkan di depan banyak orang saat festival nanti,” tambahnya.
Di sudut desa, deretan kain batik tulis khas Dayak Sa’ben tengah dijemur rapi. Warna-warna cerah dengan motif etnik menyala di bawah terik matahari. Para pengrajin batik, kebanyakan ibu rumah tangga, sibuk menyiapkan kain pesanan yang jumlahnya meningkat drastis.
“Pesanan batik meningkat lebih dari 100 persen. Banyak yang pesan untuk seragam panitia, kostum adat, bahkan untuk cenderamata tamu undangan,” tutur salah seorang pengrajin sambil menorehkan malam panas di atas kain putih.
Camat Malinau Kota, Muhammad Yusuf, menilai lonjakan aktivitas pengrajin ini sebagai cerminan besarnya dampak ekonomi dari IRAU.
“Festival ini bukan hanya panggung budaya, tetapi juga ruang penghidupan bagi masyarakat. Rotan, batik, makanan tradisional, hingga suvenir khas semuanya laris manis. Ini yang membuat IRAU selalu ditunggu,” katanya.
Festival Budaya IRAU ke-11 sendiri akan digelar awal Oktober 2025. Selain menampilkan ragam atraksi seni, tarian, dan parade budaya, ajang ini juga menjadi kebanggaan masyarakat Malinau sebagai simbol persatuan.
Pemerintah daerah berharap, perputaran ekonomi dari festival ini mampu memperkuat usaha-usaha lokal sekaligus menjaga warisan budaya tetap lestari.
Di bengkel kerja kecilnya, Arisandi tersenyum saat ditanya tentang kesibukannya.
“Capek sih, tapi ini capek yang menyenangkan. Karena setiap tahun IRAU datang, selalu ada rezeki yang ikut datang,” ucapnya sembari kembali menekuni anyaman rotan yang sebentar lagi akan menghiasi panggung budaya Malinau. (rko)

