Uang Palsu Beredar di Pasar, Pedagang Resah: “Untung Tak Dapat, Rugi yang Datang”

by Isman Toriko

TANA TIDUNG, MK – Peredaran uang palsu kembali meresahkan warga, khususnya para pedagang di Pasar Imbayud Taka Kabupaten Tana Tidung.

Salah satu yang merasakan langsung dampaknya adalah Haji Jahidah, seorang pedagang yang secara tidak sengaja menerima uang palsu senilai Rp 100 ribu saat ada orang yang membayar utang kepadanya.

“Orang bayar utang ke saya Rp 2 juta, pas saya hitung, ada satu lembar yang beda sendiri. Saya curiga itu uang palsu, jadi langsung saya kembalikan,” ungkap Haji Jahidah kepada Metro Kaltara, Jumat (3/5).

Saat ditanya asal-usul uang tersebut, si pemberi hanya menjawab bahwa uang itu didapat dari arisan. “Saya tanya lagi, siapa yang kasih? Katanya tidak tahu, karena banyak yang nyetor arisan. Ya sudah saya bilang, yang penting hati-hati ke depannya, jangan dibelanjakan uang itu,” jelasnya.

Pengalaman dengan uang palsu bukan yang pertama kali bagi Haji Jahidah. Ia mengaku sudah beberapa kali menerima uang palsu dari pembeli.

“Kalau kita tidak jeli, bisa tertipu. Uang palsu itu beda, biasanya kasar. Kalau asli halus, warnanya juga lebih tegas,” ujarnya sambil menunjukkan lembaran uang yang kini disimpannya sebagai bukti.

Meski demikian, Haji Jahidah mengaku belum melaporkan kejadian ini ke pihak berwajib. “Saya tidak mau repot. Yang penting uang itu tidak saya belanjakan, saya simpan saja,” katanya.

Keresahan juga dirasakan pedagang lainnya, seperti Ibu Jumilah. Ia mengungkapkan bahwa beredarnya uang palsu membuat para pedagang kecil semakin was-was.

“Beberapa hari lalu memang ada yang pakai uang palsu Rp 100 ribu. Sayur saja tidak balik modal kalau dibayar pakai uang palsu. Kita ini susah bedakan mana yang asli, apalagi pas ramai orang belanja,” keluh Jumilah.

Ia mengungkapkan bahwa peristiwa serupa juga pernah terjadi tahun lalu, dan kini kembali terulang.

“Kami minta agar pihak berwenang turun tangan. Jangan sampai uang palsu ini makin banyak beredar dan merugikan pedagang kecil seperti kami,”ungkapnya.

Sementara itu, Ibu Nurjanah, yang mengaku pertama kali menerima uang itu lewat arisan, mengatakan bahwa dirinya pun tidak tahu dari siapa uang palsu itu berasal.

“Kami dapat uang dari arisan dan dari orang belanja. Saya kasih ke adik saya untuk bayar utang ke Haji Jahidah, eh ternyata itu uang palsu,” jelasnya.

Kini uang itu masih disimpan oleh adiknya. “Ada yang mau tukar, tapi dia takut nanti malah disangka menyebarkan,” imbuh Nurjanah.

Para pedagang berharap ada sosialisasi dari pihak berwenang untuk mengajarkan cara membedakan uang asli dan palsu. “Biar kami tidak tertipu lagi. Uang palsu ini sangat meresahkan, bisa bikin rugi besar,” tutup Haji Jahidah. (rko)

Related Articles

Bagaimana Tanggapan Anda?....

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses