Tarakan, MK – Sebanyak 350 TNI dari Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) ditugaskan ke wilayah perbatasan di Provinsi Kaltara. Ratusan prajurit itu berasal dari Batalyon Inf Yonif 317 Gorontalo menggantikan tugas Satgas Pamtas sebelumnya Batalyon Inf Yonif 527 Lumajang.
Danrem 091/ASN, Brigjen TNI Teguh Arif Indratmoko mengaku sebanyak 350 Satgas Pamtas ini nantinya menjaga 30 pos perbatasan di Kabupaten Malinau, Nunukan dan Pulau Sebatik.
“Diharapkan tahun ini bisa bertambah menjadi 50 pos penjagaan mengingat ada sebagian pos yang masih tahap pembangunan dan renovasi,” ujarnya kepada Metro Kaltara usai melakukan upaca bebas tugas Satgas Pamtas di Dermaga Lantamal XIII, Mamburungan, Tarakan, Minggu (17/4).
Selain menjaga pos perbatasan, lanjut Brigjen TNI Teguh, Satgas Pamtas juga akan melakukan patroli rutin bersamaan dengan Satgas Pamtas Diraja Tawau, Malaysia.
“Malaysia itu bukan musuh kita, namun merupakan sahabat. Karena selama ini kita selalu bersama-sama menjaga wilayah perbatasan agar tidak terjadinya aksi kejahatan di daerah perbatasan,” tuturnya.
Menurutnya, selama ini yang rawan terjadi di wilayah perbatasan RI dan Malaysia adalah kasus penyeludupan. Hal ini dikarenakan banyaknya pintu masuk bagi para pelaku kejahatan penyeludupan.
“Yang terutama adalah penyeludupan narkoba yang tengah kita perangi. Disamping itu ada juga kasus penyeludupan minuman beralkohol, elektronik dan sebagainya,” jelasnya.
Terkait kendala yang dihadapi oleh petugas adalah melakukan pengawasan terhadap kasus penyeludupan narkoba. “Wilayah perbatasan RI dan Malaysia sangat luas baik itu melalui jalur pantai atau laut maupun jalur darat. Untuk jalur laut sendiri, tidak mungkin kami melakukan pagar betis melakukan pengawasan, namun untuk wilayah darat sendiri hingga kini sudah bisa kami antisipasi,” akunya.
Jika terbukti ada kesatuannya dan petugas Satgas Pamtas yang terlibat dalam kasus narkoba. Danrem menegaskan akan ada sanksi tegas yang diberikan. “Saya tegaskan akan ada pemecatan bagi prajurit saya yang terlibat dalam kasus narkoba. Tidak hanya sebagai pengedar, meski sebagai pengguna dan hasilnya positif,” bebernya.
Terkait gencarnya pergerakan kelompok Abu Sayyaf hingga kini, Danrem 091/ASN enggan berkomentar banyak. “Masalah Abu Sayyaf dan sanderanya bukan wewenang saya, tugas pokok saya hanya pengamanan perbatasan darat. Sedangkan untuk pengamanan perbatasan laut sudah menjadi tugas TNI AL,” tuturnya.
Bahkan ia meyakini selama ini tak ada kelompok Abu Sayyaf yang hijrah melalui jalur darat dari Filipina ke Indonesia. “Saya rasa sangat sulit jika mereka (Abu Sayyaf, red) datang ke sini (Indonesia, red). Mengingat sebelum merela masuk ke Indonesia harus melewati Malaysia dulu, jadi pasti akan dihabisi oleh tentara Malaysia terlebih dahulu. Namun jika terbukti ada kelompok Abu Sayyaf yang berhasil masuk ke Indonesia, TNI siap menghabisinya,” ucapnya. (id/MK*1)