TARAKAN, MK – Nampaknya 60 sekolah yang tersedia di kota Tarakan, sepertinya tak mampu menampung jumlah siswa-siswi yang ada di Tarakan. yang dimana diketahui dari Sekolah dasar (SD) saja kota Tarakan hanya memiliki 48 Sekolah saja, sedangkan Sekolah menengah Pertama (SMP) hanya ada 12 sekolah.
Menurut Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Muhammad Ilham Nor, daya tampung sekolah masih kurang. dari Jumlah penduduk yang berkisar 260.000 sepertinya harus memaksa pemerintah untuk membuat gedung.
Dengan jumlah penduduk di Tarakan mencapai 260.000 jiwa dan sekolah yang tersedia hanya 48 sekolah untuk Sekolah Dasar Negeri (SDN) dan 12 Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN), kata
“Kita sangat butuh sekolah baru, baik SD maupun SMP. Karena, keluaran atau output dari SD ini kan cukup banyak, sementara SMP kita ini belum bertambah,” ujarnya, dikonfirmasi Jumat (24/8) akhir pekan lalu.
Dari 48 SDN ini, setiap rombongan belajar (rombel) diisi 28 orang siswa dan untuk SMPN diisi 32 orang satu rombel. Bahkan, ungkap Ilham, salah satu SMPN masih menumpang di sekolah lain. Sementara, idealnya SMP perlu 2 sampai 3 sekolah lagi untuk masa 5 sampai 6 tahun kedepan.
Jumlah kebutuhan sekolah yang harus ditambah ini, kata Ilham mengingat pertumbuhan jumlah penduduk di Tarakan yang semakin tinggi dan signifikan. Ditambah lagi, angka perkawinan cukup tinggi mengakibatkan angka kelahiran yang tinggi, belum lagi pendatang akhirnya kesempatan sekolah untuk tingkat Pendidikan Usia Dini (PAUD) juga menjadi tinggi.
Akhirnya, setelah tamat di PAUD, akan masuk ke SD dan Madrasah Ibtidaiyah. “Kalau SD hanya 4 rombel setiap sekolah, kalau SMP bisa sampai 11 rombel. Jadi SD hanya 24 rombel saja, tapi kalau smp satu tingkat bisa 11 rombel di kelas satu, jadi kali 3 ada 33 rombel dikali 32 siswa dan memang belum normal,” bebernya.
Menurutnya, jumlah kebutuhan dan sekolah yang tersedia tidak akan bisa normal karena output lebih besar daripada input, karena tidak ada upaya lain yang bisa dilakukan selain menambah sekolah, karena untuk menambah bangunan sangat sulit karena terbentuk dengan masalah ketersediaan lahan disekolah yang sudah ada.
“Karena rata-rata lahan yang ada juga sudah dikuasai oleh orang tertentu, jadi sekolah yang ada sulit mau ditambah bangunan. Kalau juga kita mau tambah bangunan keatas, pondasi awal harus dibongkar karena disetting hanya untuk dua lantai misalnya, maka sekolah yang ada harus direhab supaya tidak overload. Tapi, sekarang kalau dibongkar, mau dipindah kemana dulu siswanya,” tandasnya.
Diakui Ilham, sebenarnya masalah ketersediaan SMP dan SD yang kurang ini sama halnya dengan Sekolah Menengah Atas (SMA), karena rasio kebutuhannya juga sama. Selama ini, kata dia, polemik Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) karena jumlah sekolah yang ada tidak bertambah, sementara jumlah lulusan terus meningkat.
“Jumlah lulusan SMP lebih tinggi, sementara daya tampung di SMU kurang cukup. Jadi, masalah PPDB selalu ada, tahun depan pasti PPDB akan kisruh lagi. Apalagi, kalau tidak ada upaya untuk mengatasi permasalahan kekurangan sekolah ini, tapi tetap harus ditambah dengan tenaga pendidik,” tegasnya.