JAKARTA, MK – Gubernur Kalimantan Utara, H Zainal Arifin Paliwang di dampingi oleh Ketua Kadin, Killit Laing dan Penata Kelola Penanaman Modal, Ahli Muda DPMPTSP, Rahman Putrayani mengikuti langsung pertemuan Borneo Business Roundtable dalam forum ASEAN Business Advisory Council (ASEAN BAC) di Sultan Hotel, Selasa (5/9/23).
Borneo Business Roundtable adalah forum komunikasi kerjasama peningkatan ekonomi seluruh wilayah di pulau Borneo yang mencakup Kalimantan, Serawak dan Sabah Malaysia, Labuan dan Brunei Darussalam.
Pada kesempatan itu, Gubernur Zainal menyampaikan sejumlah isu strategis di Kalimantan Utara yakni isu perdagangan di perbatasan, isu pembangunan infrastruktur trans borneo dan isu pembangunan Kawasan Industri Hijau Indonesia (indonesia green industrial park) yang ada di kab. Bulungan.
Selain itu, juga terkait upaya reduced emission, deforestation and degradation dan manajemen penggunaan lahan (REDD+) melalui heart of borneo seluas 1,2 juta Ha di kab. Malinau.
Dijelaskan gubernur, isu perdagangan adalah yang cukup penting karena kaltara melakukan kegiatan perdagangan/ekspor hasil pertanian (pisang, kelapa dan beras adan), makanan dan perikanan seperti kepiting, ikan dan kedepan rumput laut dalam jumlah besar ke Sabah Malaysia, “ini setiap hari kita lakukan sejak dulu di Kaltara, kita harapkan perdagangan di perbatasan ini mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi bersama dan kesejahteraan masyarakat,” tegasnya.
Kemudian, Pemprov Kaltara juga sedang membangun jalan penghubung di perbatasan menuju Krayan dari Malinau sepanjang sekira 196 Km. Ini untuk membuka keterisolasian dan menghubungkan Kaltara dengan Malaysia dan Brunei, jika sudah terhubung maka aktifitas ekonomi kita juga akan meningkat melalui perdagangan komoditi dan bahkan pariwisata, tuturnya.
Selanjutnya untuk menarik Foreign Direct Investment (FDI) Kaltara juga sedang membangun kawasan industri hijau Indonesia (KIHI) terbesar di dunia yang luasnya akan mencapai 30.000 Ha kedepan. KIHI saat ini sudah mulai berjalan dan dalam waktu dekat kita targetkan Kaltara sudah memproduksi Aluminium Ingot sebanyak 500 ribu ton per tahun pada 2025, terangnya.
KIHI akan banyak tenan yang masuk, disinilah FDI Kaltara akan meningkat, bahkan diprediksi mencapai USD 132 Miliar atau setara sekira Rp 2000 triliun.
Kami juga berharap dengan adanya Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM) seluas 1,2 juta Ha di kab. Malinau, kedepan akan ada dana kompensasi dari dunia internasional terkait perubahan iklim melalui perdagangan karbon, setidaknya mereka bisa membantu Kaltara untuk pembangunan infrastruktur di perbatasan, tutupnya. (man/red)