Citizen Jurnalism:Â Haris Sparepart <harissparepart@yahoo.co.id>
Tarakan, metrokaltara.com – Kawasan konservasi mangrove dan bekantan Kota Tarakan yang di resmikan oleh  Dr.H.Jusuf SK sejak tahun 2003 yang lalu, namanya sampai mendunia. Tapi siapa sangka obyek ekowisata yg mendunia ini menyimpan duka seperti anak tiri yang hampir terlantar.
Begitulah kesan ketika untuk kesekian kalinya kami melangkakan kaki kembali menyambangi ekowisata yang menjadi kebanggaan wong panguntaka ini. Sejauh mata memandang belantara hutan mangrove, kami sempat mengingat kembali dimanakah patung boneka bekantan sebagai pesan seorang pemimpin di zamannya, bahwa di atas batu semen bertuliskan “Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, KKMB (Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan)  Tanggal, 5 juni 2003, oleh Wali Kota Tarakan, ttd ,Dr.H.Jusuf SK dengan hiasan begitu mengobsebsi pengunjung untuk segera berlari cepat-cepat ke dalam hutan mangrove karna kita akan melihat bekantan seperti pesan simbolik patung tersebut yang kini hanya tinggal puing-puing batu yang makin memudar.
Ini adalah salah satu pesan kemajuan pesat ekowisata atau sebaliknya, kami tidak biasa mengartikan karna kapasitas kami hanya sebatas melihat dari perubahan struktur yang sebelumnya. Karna pesan yang singkat di atas batu ini sepertinya mewakili pembangunan dan inspirasi berdirinya ekowisata ini secara simbolik dari sebuah tindakan nyata yang patut di apresiasi karena jasa seorang inspirator besar. Tapi kenyataan kesan yang ada malahan telah melunturkan sedikit nilai ekowisata dari sebuah tindakan untuk mengenang, “bahwa begitu luar biasanya seseorang berinspirasi untuk di nikmati banyak orang yang pada saat ini telah mengarah ke pembiaran dari sebuah tindakan untuk tidak lagi menghargai.
Posted: Citra Angrayni