MALINAU, Metrokaltara.com – Menjelang Festival Budaya IRAU ke-11 yang akan digelar pada 7–26 Oktober 2025 mendatang, semangat masyarakat Kecamatan Sungai Tubu, Kabupaten Malinau, kian terasa.
Warga dari lima desa di wilayah pedalaman ini bahu-membahu menyiapkan beragam hasil alam dan kerajinan tangan khas daerah untuk diperkenalkan kepada ribuan pengunjung yang akan datang.
Camat Sungai Tubu, Jimmy Sakay, menuturkan keterlibatan warga bukan hanya sebatas memeriahkan pesta budaya tahunan tersebut, tetapi juga membawa pesan penting bahwa tradisi Dayak tetap hidup dan lestari.
“Kami ingin pengunjung mengetahui identitas kami, bahwa masyarakat Sungai Tubu masih setia menjaga kearifan lokal, meskipun berada jauh di pedalaman,” ungkapnya, Jumat (26/9).
Produk Lokal Bernilai Budaya dan Ekonomi
Sejumlah produk unggulan tengah dipersiapkan untuk dibawa ke arena festival. Di antaranya anyaman rotan yang halus, tampi bambu yang biasa digunakan untuk menampi padi, hingga miniatur saung yang terbuat dari daun hutan. Tak ketinggalan, hasil olahan rempah-rempah lokal seperti bubuk jahe, kunyit, dan cabai juga menjadi daya tarik tersendiri karena berasal dari kebun masyarakat sendiri.
Produk-produk tersebut tidak hanya menggambarkan kekayaan alam Sungai Tubu, tetapi juga menunjukkan kepiawaian masyarakat dalam mengolah bahan sederhana menjadi barang bernilai jual. Sebagian besar karya ini diproduksi secara turun-temurun dengan sentuhan tradisi Dayak, sehingga tetap memiliki nilai budaya yang kuat.
Kreativitas yang Berkembang Pesat
Menariknya, masyarakat Sungai Tubu baru mengenal aktivitas pertanian secara lebih terarah sejak awal tahun 2000-an. Meski demikian, perkembangan kreativitas warga berlangsung cepat. Keterampilan mereka dalam mengolah hasil hutan, bercocok tanam, hingga menciptakan kerajinan tangan kini mulai diperhitungkan.
“Dulu warga hanya mengandalkan berburu dan hasil hutan, tapi kini sudah banyak yang bertani. Dari hasil perkebunan itu lahir produk-produk olahan yang siap ditampilkan di IRAU,” jelas Jimmy.
Tantangan Transportasi Tak Surutkan Semangat
Akses menuju Kecamatan Sungai Tubu memang bukan perkara mudah. Tiga desa di wilayah ini masih menghadapi tantangan transportasi, baik dari segi jalan maupun ketersediaan sarana angkutan. Namun, kondisi tersebut tidak menyurutkan semangat warga untuk ikut serta. Mereka justru melihat Festival IRAU sebagai kesempatan langka untuk memperkenalkan budaya sekaligus meningkatkan taraf hidup keluarga.
Bagi warga, tampil di festival bukan sekadar menjual produk, tetapi juga menunjukkan jati diri. Kehadiran mereka adalah simbol kebanggaan dan bukti bahwa masyarakat pedalaman memiliki warisan budaya yang layak diketahui dunia luar.
Panggung Jati Diri Sungai Tubu
Festival IRAU sendiri tidak hanya dipandang sebagai ajang pameran produk, tetapi juga sebagai ruang ekspresi. Melalui event ini, masyarakat Sungai Tubu berharap dapat membangun jejaring, memperluas pasar, serta menginspirasi generasi muda untuk tetap mencintai tradisi.
“IRAU adalah panggung bagi kami. Kami ingin semua orang tahu bahwa Sungai Tubu punya warisan budaya yang kuat dan tidak boleh hilang,” pungkas Camat Sungai Tubu. (rko)

